TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, memperkirakan ekonomi digital bakal menjadi salah satu sektor yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018. Tumbuhnya ekonomi digital, ditambah dengan pertumbuhan kelas menengah, akan memberikan dorongan yang lebih kuat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Ekonomi digital diperkirakan terus menjadi salah satu fokus pemerintah Indonesia ke depan," ujar Enrico di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa, 14 November 2017.
Baca: Di APEC, Jokowi Bicara Keuntungan dan Ancaman Ekonomi Digital
Indonesia tercatat memiliki populasi lebih dari 262 juta jiwa pada 2016, dengan 51 persen atau 132,7 juta orang di antaranya pengguna Internet. Sebanyak 40 persen atau 106 juta orang di antaranya pengguna media sosial.
Sedangkan sisanya, 35 persen atau 92 juta orang, adalah pengguna handphone aktif. Dengan begitu, Enrico menyebut Indonesia memiliki fondasi kuat untuk pertumbuhan ekonomi digital yang berkelanjutan.
Asosiasi E-Commerce Indonesia mencatat ada 24,74 juta orang atau 9 persen dari total populasi Indonesia membeli produk secara online pada 2016. Pada 2017, nilai transaksi itu diperkirakan bakal melonjak sebesar 30 sampai 50 persen dari jumlah transaksi total sebesar US$ 5,6 juta pada 2016.
Pemerintah Indonesia memperkirakan kontribusi e-commerce terhadap produk domestik bruto (PDB) adalah sebesar 10 persen pada 2020 seiring dengan target memposisikan Indonesia sebagai pusat e-commerce di ASEAN. Hal ini terdapat di dalam roadmap paket kebijakan reformasi ekonomi XIV yang diluncurkan pada 10 November 2016.
UOB Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen pada 2018. Pertumbuhan itu, kata Enrico, didukung fundamental ekonomi yang kuat. “Kekuatan fundamental ekonomi Indonesia didukung konsumsi swasta, pertumbuhan pembelanjaan investasi, serta peningkatan kinerja ekspor yang berkelanjutan."
Enrico berujar, pada kuartal ketiga 2017, tercatat permintaan konsumsi swasta terus stabil di angka sekitar 5 persen year-on-year, sedangkan belanja investasi meningkat 7,1 persen dan ekspor meningkat kuat 17,3 persen. Terus membaiknya pertumbuhan ekonomi global, perbaikan harga komoditas, serta berbagai program infrastruktur domestik diyakini akan mendukung momentum pertumbuhan ekonomi pada tahun depan.