TEMPO.CO, Yogyakarta - Sekretaris Perusahaan PT Pertamina (Persero) Syahrial Mochtar menyatakan dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan program bahan bakar minyak (BBM) satu harga di seluruh Indonesia mencapai Rp 800 miliar. "Saat ini kemungkinan bertambah karena untuk biaya program di Papua," ujarnya seusai kuliah umum Badan Usaha Milik Negara untuk Negeri di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Sabtu, 28 Oktober 2017.
Tak sedikitnya biaya yang digelontorkan perusahaan milik negara ini, menurut Syahrial, tak lepas dari tugas korporasi yang tak hanya mencari keuntungan. Perseroan juga ditugaskan sebagai public service bagi masyarakat.
Baca: Pertamina: BBM Satu Harga Baru Ada di 25 Titik
Program BBM satu harga di seluruh Indonesia tahun ini ditargetkan mencapai 50 titik di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Pada 2019, pemerintah membidik 150 titik daerah menjadi tujuan program ini. Daerah yang masuk 3T ini berada di Papua, Kalimantan Utara, Sulawesi dan Maluku.
Syahrial menjelaskan, jika dulu pengangkutan BBM ke Wamena, Papua, dengan pesawat butuh biaya yang besar dan berujung pada lonjakan harga BBM di sana hingga mencapai Rp 100 ribu per liter, sekarang tidak lagi. "Sekarang kita tanggung distribusinya," katanya.
Direktur Perencanaan, Investasi, dan Manajemen Risiko Pertamina Gigih Prakoso Soewarto menambahkan, PSO juga merupakan bagian dari program pemerataan dan peningkatan ekonomi nasional.
"Tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini adalah ketersediaan energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. Kami berupaya menyediakan dan distribusi energi ke seluruh Tanah Air," ucapnya saat kuliah Pertamina Mengajar di UGM.
Gigih mencontohkan, PSO juga membutuhkan kuatnya pasokan, seperti BBM, elpiji, dan pembangunan kilang bahan bakar yang mencukupi kebutuhan dalam negeri untuk dapat merealisasikan BBM satu harga di wilayah 3T. "Selain itu, pengembangan energi baru dan terbarukan melalui pembuatan pembangkit listrik tenaga panas bumi dan pembangkit listrik tenaga surya," ucapnya.
Untuk mewujudkan program energi baru terbarukan, Pertamina berharap universitas sebagai salah satu mitra bisa menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni dalam menciptakan terobosan, inovasi, dan teknologi sekaligus menyiapkan inkubator untuk komersialisasi. "Universitas semakin giat melakukan berbagai kajian pengembangan potensi energi baru terbarukan dan konservasi energi," tuturnya.