Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tiga Tahun Jokowi-JK, Kondisi Fiskal dan Moneter Diklaim Aman

Reporter

Editor

image-gnews
Massa pendukung dan relawan Capres Cawapres Jokowi JK membawa tulisan Jokowi Presiden di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, rabu 9 Juli 2014. TEMPO/Eko siswono Toyudho
Massa pendukung dan relawan Capres Cawapres Jokowi JK membawa tulisan Jokowi Presiden di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, rabu 9 Juli 2014. TEMPO/Eko siswono Toyudho
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hampir tiga tahun memimpin Indonesia. Kondisi fiskal dan moneter di bawah kepemimpinan Jokowi-JK selama ini diklaim aman.

Deputi III Kantor Staf Kepresidenan Denni Purbasari mengatakan salah satu indikatornya adalah defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Defisit dijaga tetap aman di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)," kata dia di KSP, Jakarta, Senin, 16 Oktober 2017.

Hingga semester I 2017, defisit APBN mencapai Rp 175 triliun atau 1 persen. Pemerintah memperkirakan defisit hingga akhir tahun ini sebesar 2,67 persen - 2,92 persen dari PDB.

Pada 2014 defisit APBN mencapai sekitar 2 persen dari PDB atau Rp 227 triliun. Sementara pada 2015, terjadi defisit sekitar 3 persen atau Rp 298 triliun dan Rp 308 triliun atau 2 persen pada tahun berikutnya.

Denni menuturkan, defisit Indonesia tidak dapat diharapkan lebih kecil dari 2 persen. "Indonesia butuh ekspansi," katanya. Untuk beberapa proyek pembangunan yang tidak dapat dijalankan swasta, pemerintah tetap perlu bergerak. Sementara penerimaan pajak diperkirakan naik perlahan.

Baca Juga:

Selain itu, defisit neraca transaksi berjalan tercatat turun. Hingga semester I 2017, angkanya sebesar 1,5 persen atau US$ 7,3 miliar. Jumlahnya terus menurun sejak 2014 hingga 2016 masing-masing sebesar US$ 27,5 miliar, US$ 17,5 miliar, dan US$ 16,8 miliar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk cadangan devisa, September lalu Indonesia mencatat devisa tertinggi sepanjang sejarah yaitu sebesar US$ 129,4 miliar. "Angkanya meningkat berkat tax amnesty," kata Denni. Faktor lainnya adalah portfolio investasi yang semakin baik.

Pada 2014, cadangan devisa tercatat sebesar US$ 111,86 miliar. Angkanya menurun tahun berikutnya menjadi US$ 105,93 miliar. Pada 2016, cadangan devisa kembali meningkat menjadi US$ 116,36 miliar.

Dari sisi nilai tukar rupiah, Denni mengklaim situasinya sudah stabil. Pasalnya masa pemerintahan Jokowi-JK dimulai saat konteks keuangan dunia berubah. Eropa dan Amerika banyak mencetak uang sehingga capital banyak tertarik ke Indonesia. Hingga kemudian Amerika memutuskan menaikkan suku bunga.

Kebijakan tersebut menarik banyak mata uang berkumpul di Amerika. Tahun ini sudah dua kali Bank Sentral Amerika, Federal Reserve, menaikkan suku bunganya. Kenaikan diprediksi sekali lagi terjadi di akhir tahun. "Artinya duit akan kembali ke Amerika," ujar Denni. Namun nilai tukar rupiah tetap stabil meski terjadi gejolak tersebut dan sempat melemah.

VINDRY FLORENTIN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tiga Tahun Jokowi-JK, Angka Kemiskinan Turun

17 Oktober 2017

Presiden Jokowi memimpin rapat terbatas penanganan erupsi Gunung Agung, Karangasem, Bali,  di Kantor Presiden, Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta,  28 September 2017. TEMPO/Subekti.
Tiga Tahun Jokowi-JK, Angka Kemiskinan Turun

Selama tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK), angka kemiskinan turun.