TEMPO.CO, Jakarta -Startup di bidang keuangan Kioson menawarkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia. Menurut Direktur Utama PT Kioson Komersial Indonesia Tbk, Jasin Halim, pihaknya memiliki alasan sendiri memilih melantai di bursa dibandingkan menerima suntikan dana dari modal ventura.
Salah satu alasannya ialah karena tidak menemukan angka valuasi. "Kami sudah coba jalan utama (modal ventura), tapi IPO bukan hal tabu buat startup," ucapnya.
Kios sudah menyiapkan strategi untuk mendongkrak pendapatan selama dua tahun ke depan. Jasin menyatakan akan menambahkan jumlah kios dari saat ini 15.000 kios menjadi 30.000. Di 2018, Jasin mematok target merangkul 50.000 kios. "Kami juga akan mengembangkan produk-produk inovatif," ucapnya.
Mulai beroperasi pada 2015, Kioson mencatat omset sebesar Rp 25,9 miliar per 30 April 2017. Omset itu meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4,7 miliar. Kioson sendiri mempunyai tiga fokus layanan, yaitu layanan digital dan payment point online bank, layanan keuangan, serta layanan e-commerce.
Emiten berkode KIOS itu merupakan startup pertama yang melantai di BEI. Kioson adalah perusahaan teknologi penyedia jasa online to offline e-commerce. Platform atau aplikasi Kioson menghubungkan warung klontong atau eceran dengan konsumen.
Pada penawaran perdana, saham KIOS dibuka pada posisi Rp 450 per saham atau naik 50 persen dari penawaran awal Rp 300. Total saham yang dilepas sebesar 150 juta lembar atau setara 23,07 persen dari total saham perusahaan. Dari IPO itu, KIOS mengantongi dana sebesar Rp 45 miliar.
Menurut Direktur Utama BEI Tito Sulistio, tidak hanya perusahaan besar saja yang bisa mendaftar tapi juga perusahaan kecil. "Kami akan support dan siapkan karpet merah," kata Tito saat menghadiri penawaran perdana saham PT Kioson Komersil Indonesia Tbk di Jakarta, Kamis, 5 Oktober 2017.
ADITYA BUDIMAN