TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan pelemahan rupiah, yang sempat menembus level Rp 13.500 per dolar Amerika Serikat, banyak dipengaruhi kondisi eksternal dan sifatnya sementara.
"Kemarin, pelemahan Rp 13.542 per dolar Amerika. Dalam banyak hal itu karena negara-negara di dunia secara umum mengalami pelemahan mata uang terhadap dolar Amerika," ujar Agus dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI membahas postur sementara RAPBN 2018 di Jakarta, Rabu, 4 Oktober 2017.
Agus menuturkan penguatan dolar Amerika terjadi seiring dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sudah menyampaikan lebih jauh rencana reformasi pajak di negara tersebut dan kemungkinan besar mendapat dukungan dari parlemen.
Baca: BI: Tak Hanya Kurs Rupiah yang Melemah Terhadap Dolar AS
"The Fed juga menegaskan kemungkinan peningkatan Fed Fund Rate di Desember semakin kuat. Sebelumnya, pesannya tidak terlalu kuat," kata Agus.
Nilai tukar rupiah pada Selasa, 3 Oktober 2017, berada pada level Rp 13.542 per dolar Amerika. Namun, pada Rabu pagi, 4 Oktober 2017, menguat 89 poin menjadi Rp 13.453 per dolar Amerika.
Terkait dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dalam RAPBN 2018 di level Rp 13.400, Agus meyakini asumsi tersebut masih sejalan dengan kisaran nilai tukar rupiah yang disampaikan Bank Indonesia.
"Kami memahami nilai tukar Rp 13.400. Walau saat ini rupiah ada di Rp 13.542, kami melihat pelemahan rupiah ini sebagai suatu kondisi pengaruh eksternal dan sifatnya temporary," tutur Agus.
ANTARA