Pebisnis Diminta Bentuk Harmonisasi Sektor Usaha  

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Selasa, 28 Juni 2016 22:16 WIB

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (tengah), bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla (kanan) dan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat Surya Paloh, mengikuti acara buka puasa bersama di gedung DPP Partai Nasdem, Jakarta, 7 Juni 2016. Acara ini bertema Pancasila sebagai spirit ukhuwah dan solidaritas untuk keadilan sosial. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok pengusaha diminta melakukan harmonisasi dan pengelompokan usaha demi mendukung upaya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta para pebisnis bekerja sama dengan pemerintah melalui harmonisasi sektor usaha yang mereka geluti. Dia menyarankan pengusaha tidak berkonsentrasi di sektor utama yang dianggap menguntungkan, tapi membagi peluang demi mendorong laju ekonomi.

Kalla menggambarkan, banyak pengusaha hanya bergelut di sektor properti atau pertambangan. Ketika sektor yang dianggap utama itu mengalami penurunan kinerja, bukan hanya pengusaha yang merugi, melainkan sektor perbankan juga terdampak akibat kredit macet. Pada akhirnya merambat ke berbagai komponen ekonomi lain.

“Kenapa bertumpu semua di bidang itu? Mari semua pengusaha membagi kemungkinan-kemungkinan. Kadin-lah yang harus memberikan upaya suatu harmonisasi atau pengelompokan,” ungkapnya dalam Dialog Ekonomi dan Buka Puasa Bersama Dunia Usaha Indonesia yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Jakarta, Selasa, 28 Juni 2016.

Kalla mengakui, ekonomi nasional mengalami kondisi yang kurang menyenangkan dalam satu bulan terakhir. Di saat harga komoditas masih mengalami penurunan, harga pangan justru merambat naik. Hal itu memicu kenaikan pengeluaran, sedangkan penerimaan negara yang berasal dari komponen pajak menyusut drastis.

Saat ini, menurut dia, pemerintah telah mengupayakan perbaikan melalui 12 paket kebijakan ekonomi yang diklasifikasikan secara sektoral agar lebih jelas.

Selanjutnya, pemerintah bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan diakui Kalla sepakat meringankan beban pengusaha dengan melakukan efisiensi sistem perbankan, yakni menurunkan tingkat bunga kredit agar lebih bersaing dengan negara-negara di Asia. Hal itu diupayakan demi meningkatkan produktivitas sektor riil.

BISNIS


Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

20 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

5 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

5 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

6 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

8 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

9 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

11 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

18 hari lalu

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya