Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini Hanya 4,8 Persen

Reporter

Jumat, 4 Desember 2015 16:59 WIB

TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Laporan suplemen terbaru Bank Pembangunan Asia (ADB) mengenai proyeksi perekonomian pada 2015 kembali merevisi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,9 persen menjadi 4,8 persen pada akhir tahun.

"Pelambatan lunak dialami Indonesia, negara dengan tingkat perekonomian terbesar di kawasan Asia Tenggara, karena penyerapan anggaran yang tidak sesuai harapan dan kinerja ekspor yang melambat," sebut laporan suplemen ADB akhir tahun Outlook Update 2015 yang diterima di Jakarta, Jumat (4 Desember 2015).

Laporan menyebutkan tingkat pencairan belanja modal pada akhir 2015 diproyeksikan hanya mencapai kisaran 80 persen-85 persen, sehingga sedikit membatasi pertumbuhan ekonomi pada semester kedua.

Padahal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan tiga sudah stabil pada angka 4,7 persen (year on year) dan belanja pemerintah meningkat signifikan tumbuh 6,6 persen (year on year) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya.

Selain itu, perekonomian Indonesia telah didukung oleh ekspansi sektor investasi yang didukung percepatan proyek infrastruktur, konsumsi rumah tangga yang kuat serta kontribusi ekspor yang positif.

Laporan menambahkan pada 2016 kondisi akan lebih baik dan pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan bisa mencapai 5,3 persen, meskipun sedikit mengalami revisi turun karena pemulihan sektor ekspor yang masih tertunda.

Jalur yang benar

Laporan juga memperlihatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara pada 2015 diperkirakan mampu mencapai 4,4 persen dan sedikit meningkat pada 2016 yaitu mencapai 4,9 persen.

Secara keseluruhan, negara berkembang ekonomi di kawasan Asia masih berada di jalur yang benar dan memiliki ketahanan untuk mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada 2015 sebesar 5,8 persen dan 6,0 persen pada 2016, meskipun beberapa negara industri sedang mengalami perlemahan.

Laporan ADB juga memperlihatkan revisi naik bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi di Tiongkok menjadi 6,9 persen dari sebelumnya 6,8 persen di 2015, meskipun nantinya sedikit melambat menjadi 6,7 persen di 2016.

Sementara, kebanyakan negara industri utama serta negara di kawasan Asia Tengah dan Pasifik mengalami revisi pertumbuhan ekonomi turun sebagai imbas pelemahan harga komoditas dunia yang terjadi sejak awal tahun.

"Meskipun ada pelambatan di beberapa negara, secara keseluruhan proyeksi untuk kawasan ini masih tumbuh kuat. Pertumbuhan di kawasan masih didukung oleh sektor konsumsi di Tiongkok, serta peningkatan produksi di India," kata Kepala Ekonom ADB Shang Jin Wei.

Wei menambahkan negara yang perekonomiannya bergantung pada sumber daya alam akan mengalami kerugian dari turunnya harga komoditas global, sedangkan pemulihan ekonomi yang lambat di Amerika Serikat dan kontraksi di Jepang masih membebani kinerja sektor ekspor


ANTARA

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

11 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

5 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

5 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

5 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

8 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

9 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

11 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Presiden ADB di AS, Bahas Transisi Energi dan Pensiun Dini PLTU Batu Bara

12 hari lalu

Sri Mulyani Temui Presiden ADB di AS, Bahas Transisi Energi dan Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Dalam pertemuan itu, keduanya membahas kelanjutan kerja sama transisi energi dan uji coba pemensiunan dini pembangkit listrik tenaga batu bara.

Baca Selengkapnya