Daya Beli Masyarakat Turun, Dampak Lemahnya Perekonomian

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Jumat, 12 Juni 2015 22:01 WIB

Pimpinan Komisi VI DPR RI, Heri Gunawan. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Heri Gunawan menyatakan, pertumbuhan ekonomi yang lesu berimbas kepada turunnya daya beli masyarakat.

Tertekannya daya beli itu dipengaruhi oleh berbagai kebijakan beberapa waktu lalu seperti naiknya harga BBM, tarif dasar listrik, dan elpiji. Kenaikan tersebut semakin diperparah dengan terus melonjaknya harga barang kebutuhan pokok seperti bawang, beras, cabai, daging, kacang, beras ketan, dan sayur-sayuran.

"Perlahan tapi pasti berbagai kenaikan tersebut mulai berdampak pada inflasi. Laporan BPS terbaru menyebutkan bahwa, telah terjadi inflasi sebesar 0,50 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 119,50. Inflasi tersebut tercatat di 81 kota di seluruh Indonesia," kata Heri di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat, 12 Juni 2015.

Di sisi lain, Kementerian Perdagangan dan institusi terkait seperti Kementerian Pertanian dan Bulog, seperti tidak punya arah dan koordinasi yang baik dalam menjaga administered price (harga barang yang diatur pemerintah) tentang Barang Kebutuhan Pokok dan Penting.

Ia menilai, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Bulog sepertinya tidak saling dukung. Sebagai contoh, soal cabai dan bawang, Kemendag dan Kementan sering tidak bersinergi dan satu suara, dalam masalah pasokan saat puasa dan lebaran.

"Koordinasi yang baik sepertinya masih menjadi 'barang mahal' di Republik ini. Jika terus-menerus seperti itu, maka pasar domestik akan terus tertekan. Harga-harga kebutuhan pokok terus melambung. Daya beli masyarakat lumpuh. Ujungnya, target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah, terancam sulit tercapai," katanya.

Saat ini saja, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang year on year untuk periode Mei 2015 sudah mencapai 7,15%. Inflasi itu ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran.

"Jika harga-harga kebutuhan pokok yang berdampak besar pada inflasi tidak segera diatasi, maka kita patut khawatir. Kita tidak ingin kejadian seperti tahun 1998 terulang lagi," kata politisi Partai Gerindra.

"Saya mendorong pemerintah untuk segera mengeluarkan kebijakan stabilisasi harga untuk komoditas-komoditas pokok dan penting. Kebijakan itu harus harus dilakukan dalam bentuk Perpres seperti diamanatkan oleh UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang wajib dilaksanakan oleh seluruh stakeholder seperti Kemendag," harapnya.

Perpres itu harus tegas mengatur kebijakan harga untuk kondisi-kondisi khusus seperti bulan puasa dan Idul Fitri. Kebijakan harga yang dimaksud harus meliputi penetapan harga khusus, harga eceran tertinggi, dan harga subsidi untuk barang kebutuhan pokok dan penting.

"Sampai saat ini, Pemerintah belum membuat Perpres tersebut. Padahal itu adalah perintah konstitusional Pasal 25 Ayat (3) UU No. 7/2014 tentang perdagangan di mana pemerintah wajib menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga kebutuhan pokok dan penting," sebutnya..

Pemerintah juga wajib memberi jaminan bahwa Barang Kebutuhan Pokok dan Penting tersebut harus tersedia dalam jumlah yang memadai dengan mutu yang terbaik.

"Saya berharap, Pemerintah dapat dan harus mengutamakan perlindungan atas kepentingan konsumen dan produsen dalam negeri," kata Heri.‎

ANTARA

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

2 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

17 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

4 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

4 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

5 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

8 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

8 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

11 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

17 hari lalu

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya