Pekerja memeriksa kaca mobil Merceds-Benz M-Class seri ML 350 4Matic sebelum dirakit di pabrik perakitan Merceds-Benz Indonesia di Wanaherang, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, Rabu (21/11). TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha kaca lembaran Indonesia berencana meningkatkan ekspor mulai tahun depan. Pasar kaca domestik disebut-sebut meredup seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang kian menyusut. Saat ini saja, pertumbuhan ekonomi hanya 4,7 persen atau jauh dari target pemerintah sebesar 5,7 persen.
"Tahun depan kalau pertumbuhan menurun, sektor properti bisa tidak jalan. Dan pengusaha kaca kena imbasnya," ujar Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman, Darma Putra Narjadin, di Jakarta, Kamis 4 Juni 2015.
Selama ini, pengusaha lokal hanya berfokus memasarkan produknya ke pasar domestik. Tercatat, penguasaan pasar kaca nasional mencapai 70 persen dari total produksi sebesar 1,2 juta ton kaca; sedangkan ekspor masih 30 persen.
Sayangnya belakangan ini, pasar properti dan otomotif nasional, yang menjadi pelanggan mayoritas pengusaha kaca, sedang melemah. Pengusaha kaca pun terkena dampak dengan turunnya penjualan hingga pertengahan tahun ini sebanyak enam persen.
Rencananya, ekspor kaca nasional bakal ditingkatkan hingga menjadi 50 persen pada tahun depan. Putra optimistis target ini bakal tercapai, karena beberapa pengusaha nasional sudah menyiapkan diri untuk ekspor dengan menambah pabrik baru.
Peralihan penjualan juga terjadi karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak akhir 2014 lalu. Pengusaha kaca lokal bakal sulit bernafas di pasar domestik karena sebagian besar biaya produksi menggunakan mata uang negeri Abang Sam.
Kaca domestik sendiri dijual ke daerah seperti Timur Tengah, Uni Eropa, dan Australia. Kebanyakan, negara konsumen memberi kaca lokal dalam bentuk kaca lembaran, atau bahan baku. Sementara di ASEAN, pengusaha nasional sudah lama menjadi raja.
Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel
11 hari lalu
Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel
Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.