Pertumbuhan Ekonomi Sulit Capai Target  

Reporter

Selasa, 7 Oktober 2014 14:49 WIB

Gedung-gedung pencakar langit di pusat kota Jakarta, 11 Juli 2014. Pertumbuhan gedung pencakar langit di DKI Jakarta mencapai 87,5% hanya dalam jangka waktu 3 tahun, tepatnya dalam periode 2009-2012. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih, mengatakan target pertumbuhan ekonomi pada semester II sebesar 5,4 persen sulit tercapai. Soalnya, pada dua triwulan sebelumnya pertumbuhan ekonomi rata-rata hanya 5,16 persen. (Baca : Defisit Ekspor Impor Diramalkan Meningkat)

Padahal, kata dia, untuk mencapai target tersebut, setidaknya pertumbuhan ekonomi di dua triwulan sebelumnya rata-rata harus 5,5 persen. “Untuk mencapai target semester II susah, apalagi target secara full year sebesar 5,6 persen,” kata Lana, Selasa, 7 Oktober 2014. Tahun ini, menurut dia, pertumbuhan ekonomi pada semester II paling realistis pada level 5,2 persen. (Baca : Ekonom: Pemerintah Waspadai Kurs Rupiah di APBN)

Bank Dunia memprediksi pertumbuhan Indonesia ke depan sulit bersaing dengan negara lainnya sekawasan. Hal ini ditandai dengan ekspor komoditas yang masih menjadi andalan. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya 5,2 persen, melambat dibanding tahun lalu sebesar 5,8 persen.

Perlambatan pertumbuhan ini, menurut Lana, disebabkan oleh masih berlangsungnya proses konsolidasi seusai krisis tahun lalu. Peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia pada November 2013 baru dirasakan enam bulan kemudian.

Selain itu, nilai ekspor juga tak sebaik perkiraan. “Pengeluaran pemerintah juga tak sebaik yang diharapkan karena ada masa transisi,” kata Lana. Sebab lain adalah penyetujuan APBN Perubahan 2014 pada Juni yang dinilai sudah telat. Telatnya penyetujuan ini membuat realisasi anggaran baru bisa terlaksana September, yang bertepatan dengan masa transisi.

Dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi tahun ini, beberapa sektor yang akan terpengaruh secara langsung adalah konsumsi. Selain itu, sektor pertambangan juga dinilai belum akan membaik karena belum ada perbaikan harga. Adapun sektor yang menurut dia tetap akan menarik adalah infrastruktur. Ini sejalan dengan rencana Jokowi menggenjot sektor tersebut.

Adapun analis dari Asia Financial Network, Agus Susanto, mengatakan, walaupun terjadi perlambatan, jika dibanding negara lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup tinggi. “Pasar sektor riil masih tumbuh dan masih menarik untuk investasi,” kata Agus.

Salah satu sektor yang terpengaruh perlambatan ini adalah komoditas. Walaupun harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) lebih tinggi daripada tahun lalu, pelemahan patut diwaspadai di semester kedua. Harga batu bara yang melemah juga perlu diwaspadai. Sementara itu, sektor keuangan, konsumer, dan konstruksi masih akan tumbuh meski dibayangi biaya tinggi akibat kenaikan suku bunga The Fed.

FAIZ NASHRILLAH

Berita Terpopuler

Ada Udang di Balik Perpu SBY dan Koalisi Prabowo
Dari Harvard, Karen Mau Bantu Jokowi
Terima PPP, Koalisi Jokowi Siapkan Kursi Wakil MPR
Gerindra Menentang Pembubaran FPI

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

1 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

2 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

6 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

6 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

7 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

8 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

9 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

10 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

12 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

19 hari lalu

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya