Indef: Kinerja Perekonomian Cenderung Menurun

Rabu, 2 April 2014 20:01 WIB

Suasana gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta usai diguyur hujan (8/1). Target pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6,4-6,9 persen pada tahun 2014 dinilai realistis. Hal ini terkait dengan kondisi ketidakstabilan global yang masih akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kinerja pemerintah di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di bidang perekonomian selama sepuluh tahun terakhir tak terlalu signifikan. “Bahkan cenderung menurun,” ujar Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati, dalam konferensi pers, Rabu, 2 April.

Setidaknya ada sepuluh indikator yang digunakan Indef dalam mengukur kinerja di bidang perekonomian tersebut di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, kemiskinanan, dan ketimpangan perekonomian. Selain itu lembaga nirlaba itu juga mencermati tekanan inflasi, nilai tukar petani, kinerja sektor formal, rasio pajak, subsidi yang semakin tak terkendali, hingga defisit neraca perdagangan.

“Memang tak semua indikator menunjukkan kegagalan, namun secara umum cenderung menurun,” tutur Enny. Hal ini patut disayangkan karena sangat besarnya potensi perekonomian ini tidak digunakan untuk merealisasikan target yang dipatok pemerintah sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi yang rata-rata bisa melampaui 5,8 persen per tahun itu pun dipertanyakan kualitasnya. Selain itu, ternyata pertumbuhan ekonomi tak diikuti dengan majunya sektor produksi (tradable) sehingga makin meningkatkan ketimpangan perekonomian.

“Jika tak ada perubahan kebijakan, pertumbuhan ekonomi tahun 2019 akan turun ke angka 4,4 persen,” kata Enny. Sebaliknya jika ada perubahan kebijakan, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,7 persen.

Dalam catatannya, angka kemiskinan tahun lalu sebesar 11,5 persen turun dibanding tahun sebelumnya 11,7 persen. Namun secara spasial, penurunan kemiskinan tak terjadi merata.

Indikator rasio gini menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir cenderung meningkat dari 0,41 persen menjadi 0,413 persen pada tahun lalu. Artinya, ada kenaikan tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat.

FAIZ NASRILLAH

Berita terpopuler:
PPATK: BI Anggap Valas seperti Pisang Goreng
Kabut Asap BikinTuris Asing Ogah ke Indonesia
Industri Kreatif Perlu Teknik Branding Jitu

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

10 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

5 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

5 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

5 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

8 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

8 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

11 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

18 hari lalu

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya