TEMPO Interaktif, Jakarta - Kualitas premium Pertamina yang buruk dianggap sebagai penyebab kerusakan pompa bahan bakar (fuel pump) seribu lebih unit mobil di Jakarta. Kandungan sulfur atau belerang dalam bahan bakar minyak itu ditengarai melebihi ambang batas.
"Dari hasil uji coba di Thailand ditemukan bahwa kandungan sulfurnya terlalu tinggi dan bisa membuat rusak onderdil," kata Presiden Direktur Taksi Gamya, Mintarsih A. Latif, saat dihubungi melalui sambungan telepon kemarin.
Menurut Mintarsih, uji laboratorium ke Thailand dilakukan sebagai upaya mendapatkan opini kedua sehubungan dengan adanya kerusakan pompa bahan bakar sejumlah taksi milik armada Gamya. Yang meminta pengujian adalah agen tunggal pemegang merek (ATPM) mobil-mobil yang digunakan Gamya.
"ATPM itu sudah melakukan uji coba ke dua laboratorium berbeda (di Indonesia) sebanyak empat kali. Hasilnya," kata Mintarsih, "(semuanya) sesuai standar." Namun hasil berbeda ternyata diperoleh dari pengujian di Thailand.
Seperti apa hasil uji laboratorium di Negeri Gajah Putih itu, Mintarsih menolak membeberkan. Alasannya, dia belum mendapat izin dari ATPM sebagai pihak yang mengajukan uji coba tersebut. "Mereka masih wait and see dalam memberikan pendapat," ujarnya.
Gamya mengajukan komplain karena seperempat unit armadanya mengalami kerusakan suku cadang. "Ada 260 unit taksi dari total 1.000 unit yang beroperasi rusak," kata Mintarsih. Gara-gara itu pula, perusahaan tersebut terpaksa mengimpor suku cadang karena stoknya di Indonesia habis.
Meski mengaku dirugikan, Gamya tidak meminta ganti rugi. Mereka menunggu reaksi pelanggan Pertamina lainnya. "Kami tidak akan minta ganti rugi sendiri. Kecuali kalau secara organisatoris ada yang mengatur, kami ikut," ujarnya.
Juru bicara Pertamina, Basuki Trikora Putra, menyatakan tak ada masalah dengan premium yang didistribusikan oleh Pertamina. Kesimpulan itu dibuat setelah Pertamina melakukan uji kualitas bahan bakar minyak jenis premium secara acak ke lebih dari 40 stasiun pengisian bahan bakar umum di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
"Hasil pemeriksaan, semuanya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi," kata Basuki melalui pesan singkat kemarin.
Sumber Tempo di Pertamina mengungkapkan, setiap bahan bakar minyak termasuk premium pastilah mengandung unsur sulfur di dalamnya, karena diproduksi dari ekstraksi bawah tanah. Untuk jenis premium, Pertamina mematok batas normal 500 part per million. "Setelah kami cek lagi, ternyata kandungan sulfurnya cuma 200 ppm," ujarnya. "Artinya, tidak ada masalah dengan premium."
Basuki menegaskan, dari sisi produk, premium Pertamina juga dalam kondisi baik. Penjelasan dari Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas juga menyatakan sampai saat ini belum ditemukan penyebab langsung kerusakan pompa bahan bakar tersebut. "Pihak ATPM pun menyatakan bahwa sampai saat ini masih melakukan penelitian fuel pump-nya," ujarnya.
RIRIN AGUSTIA | MAHARDIKA SATRIA HADI | AGUS SUPRIYANTO