Fenomena Doom Spending, Psikolog: Belanja Impulsif karena Stres Akibat Beban Ekonomi

Reporter

Vedro Imanuel G

Editor

Grace gandhi

Senin, 30 September 2024 16:20 WIB

Ilustrasi belanja. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Samanta Elsener menjelaskan fenomena doom spending yang sedang ramai dibicarakan akhir-akhir ini merupakan bagian dari kebiasaan belanja impulsif atau impulsive buying. Perilaku impulsif sering terjadi pada orang yang mengalami stres.

“Kondisi ekonomi dan tuntutan beban kerja dapat memicu orang menjadi stres. Kemudian, stres yang tidak ditangani dengan cara yang sehat akan membuat seseorang rentan mengalami impulsive buying,” kata Samanta ketika dihubungi pada Senin, 30 September 2024.

Menurut Samanta, ketika seseorang sedang mengalami tekanan atau stress, ia seringkali akan kehilangan kontrol diri atau impulsnya. Ketika kontrol tersebut hilang, orang akan sulit untuk menahan dirinya dari keinginan berbelanja yang dapat memberikan kebahagiaan sesaat pada dirinya.

“Ingin merasakan kenaikan rasa senang dengan cepat atau instant dopamine booster,” ucapnya.

Hal ini, menurut Samanta, cukup berbahaya. Kebahagiaan yang dirasakan lewat belanja impulsif tersebut hanya akan bertahan sebentar sekali. Ketika kegiatan berbelanja selesai dan orang tersebut harus kembali bekerja, maka perasaan stres tersebut akan muncul lagi.

Advertising
Advertising

Perilaku ini, Samanta menjelaskan, akan berpotensi membuat kondisi keuangan personal orang tersebut akan terganggu ke depannya. Khususnya, bagi Generasi Z (Gen Z) yang biasanya masih di fase bebas tanpa adanya tanggungan ekonomi sehingga jarang berpikir ke depan.

“Sedang berada di usia yang sangat produktif dan bebas tanpa tanggungan, sehingga rentan sekali untuk terbawa tren FOMO (Fear of Missing Out). Apalagi didukung dengan kondisi stres atau beban kerja yang banyak,” ujar Samanta.

Seperti diberitakan sebelumnya, generasi Z (kelahiran 1997-2012) dan milenial (kelahiran 1981-1996) diprediksi akan terjebak dalam fenomena yang disebut sebagai doom spending. Tren yang sedang terjadi di kalangan anak muda tersebut diperkirakan menjadi pemicu masalah ekonomi dan keuangan.

Melansir Psychology Today, pengelola survei daring, Qualtrics dan anak usaha pelacak kredit Intuit, Credit Karma, melaporkan hasil studi yang menyebutkan bahwa sebanyak 27 persen anak muda Amerika Serikat melakukan doom spending. Tak hanya itu, 32 persen responden telah mengambil lebih banyak utang dalam enam bulan terakhir per akhir 2023.

Menurut firma kurator kepailitan, Allan Marshall & Associates Inc., doom spending adalah tindakan mengeluarkan uang secara impulsif atau berlebihan ketika seseorang sedang stres atau cemas. Pengeluaran yang sia-sia tersebut sering kali menjadi salah satu langkah yang diambil selama masa ekonomi sulit, seperti krisis global, masalah pribadi, atau memandang masa depan yang tidak pasti.

Melynda Dwi Puspita berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Pilihan Editor: Lowongan Kerja Shopee & SeaMoney Graduate Development Program, Terbuka untuk Semua Jurusan

Berita terkait

Benarkah Stres Bisa Bikin Gemuk?

8 jam lalu

Benarkah Stres Bisa Bikin Gemuk?

Stres bisa menyebabkan berkurangnya oksidasi lemak, proses pembakaran lemak menjadi tenaga. Artinya, Anda tak usah makan banyak untuk menjadi gemuk.

Baca Selengkapnya

3 Dampak Negatif Doom Spending

10 jam lalu

3 Dampak Negatif Doom Spending

Bagi mereka yang sering melakukan doom spending dan tidak bisa mengontrol pengeluaran, potensi bangkrut semakin besar.

Baca Selengkapnya

Utang Pemerintah per Agustus 2024 Turun jadi Rp 8.461,93 Triliun, Begini Penjelasan Kemenkeu

1 hari lalu

Utang Pemerintah per Agustus 2024 Turun jadi Rp 8.461,93 Triliun, Begini Penjelasan Kemenkeu

Jumlah utang pemerintah per akhir Agustus 2024 mencapai Rp 8.461,93 triliun, turun dibandingkan jumlah pada Juli 2024 yaitu Rp 8.502,69 triliun.

Baca Selengkapnya

Cara Mempertahankan Gula Darah Normal

1 hari lalu

Cara Mempertahankan Gula Darah Normal

Gula darah yang normal bisa mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Berikut adalah pentingnya menjaga gula darah agar tetap dalam batas normal.

Baca Selengkapnya

Benarkah Stres Bisa Tingkatkan Gula Darah?

1 hari lalu

Benarkah Stres Bisa Tingkatkan Gula Darah?

Stres ternyata berpengaruh kepada tingkat gula darah dan kesehatan mental.

Baca Selengkapnya

Digugat Pailit, Patra Logistik Dinilai Posisikan Pengadilan Mirip Debt Collector

1 hari lalu

Digugat Pailit, Patra Logistik Dinilai Posisikan Pengadilan Mirip Debt Collector

Kuasa hukum Putra Patra Utama, Tiur Henny Monica, mengatakan langkah Patra Logistik membayar utang di pengadilan sangat tak etis.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Milik Bakrie Gugat Perbuatan Melawan Hukum terhadap 12 Kreditur yang Tagih Utang Rp8,79 Triliun

1 hari lalu

Perusahaan Milik Bakrie Gugat Perbuatan Melawan Hukum terhadap 12 Kreditur yang Tagih Utang Rp8,79 Triliun

Perusahaan milik Bakrie, VIVA, melalui kuasa hukumnya, David Surya, mendalilkan para tergugat telah melakukan perbutan melawan hukum.

Baca Selengkapnya

Utang Pemerintah Rp8,4 Kuadriliun, Tahun Depan Tambah Rp775 Triliun

2 hari lalu

Utang Pemerintah Rp8,4 Kuadriliun, Tahun Depan Tambah Rp775 Triliun

Tahun depan pemerintah berencana melakukan penarikan utang baru sebesar Rp775 triliun.

Baca Selengkapnya

Patra Logistik Digugat Pailit Tak Bayar Utang Rp528 Juta

2 hari lalu

Patra Logistik Digugat Pailit Tak Bayar Utang Rp528 Juta

Kuasa hukum Putra Patra Utama, Tiur Henny Monica, mengatakan bahwa total tagihan yang harus dibayarkan Patra Logistik Rp528.294.510.

Baca Selengkapnya

Tidak Sakit tapi Sering Lesu, Penyebabnya dari Stres sampai Kegemukan

2 hari lalu

Tidak Sakit tapi Sering Lesu, Penyebabnya dari Stres sampai Kegemukan

Banyak hal yang bisa menguras energi meski seringnya kombinasi faktor tertentu yang membuat kita merasa lesu, termasuk stres dan kegemukan.

Baca Selengkapnya