Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Senin, 22 April 2024 12:07 WIB

Tumpukan peti kemas di Pelabuhan New Priok Container Terminal One (NPCT1) Jakarta, Kamis, 22 Februari 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi penurunan ekspor dan impor pada Januari 2024. Nilai ekspor Januari 2024 turun jika dibandingkan bulan sebelumnya pada Desember 2023 yang sebesar 22,39 USD miliar. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Capaian perdagangan Maret tersebut membuat surplus bertahan selama 47 bulan berturut-turut.

"Surplus pada Maret 2024 lebih tinggi dibandingkan surplus neraca perdagangan bulan lalu (Februari 2024) dan bulan yang sama (Maret) pada 2023," ujar Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin, 22 April 2024 .

Nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 sendiri mencapai US$ 22,43 miliar. Angka ini naik 16,40 persen secara bulanan. Namun secara secara tahunan nilai ekspor turun 4,19 persen.

Penyumbang utama kenaikan ekspor secara bulanan adalah kenaikan ekspor industri pengolahan. Antara lain, logam dasar mulia dan minyak kelapa sawit. Sementara penurunan nilai ekspor secara tahunan utamanya disumbang oleh penurunan nilai ekspor komoditas pertambangan dan lainnya.

Di sisi lain nilai impor pada Maret 2024 mencapai US$17,96 miliar. Angka ini turun, baik secara bulanan maupun tahunan masing-masing sebesar 2,60 persen dan 12,76 persen.
Penyumbang utama penurunan nilai impor secara bulanan dan tahunan adalah penurunan nilai impor barang modal.

Advertising
Advertising

Sementara itu, Amalia menuturkan perdagangan barang global akan tumbuh dinamis mengikuti situasi geopolitik global. Namun, Amalia memastikan perekonomian negara mitra dagang utama Indonesia, seperti Amerika, India, dan Cina tercatat masih berada di dalam zona ekspansif. Pada Maret 2024, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Cina sebesar 51,1. Sedangkan India sebesar 59,1 dan Amerika Serikat 51,9.

Pilihan Editor: Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Berita terkait

BPS Sebut Deflasi 4 Bulan Berturut-turut Pernah Terjadi Saat Krisis Moneter 1998 dan Krisis Ekonomi 2008

3 hari lalu

BPS Sebut Deflasi 4 Bulan Berturut-turut Pernah Terjadi Saat Krisis Moneter 1998 dan Krisis Ekonomi 2008

Fenomena deflasi selama empat bulan berturut-turut tahun ini bukanlah hal yang baru, pernah terjadi pada krisis moneter 1998 dan krisis ekonomi 2008.

Baca Selengkapnya

KPPI Hentikan Penyelidikan Impor Benang Filamen Artifisial, Benang Apakah Itu?

3 hari lalu

KPPI Hentikan Penyelidikan Impor Benang Filamen Artifisial, Benang Apakah Itu?

Simak informasi lengkap tentang kasus impor benang filamen artifisial yang baru saja dihentikan penyidikannya oleh KPPI

Baca Selengkapnya

JPPI Ragu Biaya Pendidikan Dasar Jadi Penyumbang Utama Inflasi

3 hari lalu

JPPI Ragu Biaya Pendidikan Dasar Jadi Penyumbang Utama Inflasi

Koordinator JPPI Ubaid Matraji meragukan kesimpulan BPS jika biaya pendidikan dasar jadi penyumbang utama inflasi di Agustus lalu. Sebab biaya pendidi

Baca Selengkapnya

Soal Ketersediaan Padi, Kebijakan Kementan Efektif Merespons Perubahan Iklim

4 hari lalu

Soal Ketersediaan Padi, Kebijakan Kementan Efektif Merespons Perubahan Iklim

Penurunan harga beras sebagian besar disebabkan oleh beberapa wilayah sentra yang tengah memasuki masa panen raya. Sementara itu, kenaikan harga di sejumlah daerah umumnya terjadi di wilayah yang tidak sedang dalam masa panen.

Baca Selengkapnya

Wisatawan Mancanegara Meningkat Tahun Ini

5 hari lalu

Wisatawan Mancanegara Meningkat Tahun Ini

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat kunjungan wisatawan mancanegara sejak Januari hingga Juli 2024 mencapai 7,75 juta.

Baca Selengkapnya

BPS Catat hingga Agustus Terjadi Deflasi Selama Empat Bulan Beruntun

5 hari lalu

BPS Catat hingga Agustus Terjadi Deflasi Selama Empat Bulan Beruntun

BPS mencatat Indonesia mengalami deflasi bulanan selama empat bulan beruntun. Deflasi Agustus lebih rendah dibanding bulan sebelumnya

Baca Selengkapnya

5 Fakta tentang Kelas Menengah: Dibutuhkan tapi Kurang Perhatian Pemerintah

5 hari lalu

5 Fakta tentang Kelas Menengah: Dibutuhkan tapi Kurang Perhatian Pemerintah

Kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang dianggap sebagai penggerak perekonomian karena memiliki pengeluaran konsumsi tinggi.

Baca Selengkapnya

Apa Penyebab Jumlah Kelas Menengah di Indonesia Turun?

5 hari lalu

Apa Penyebab Jumlah Kelas Menengah di Indonesia Turun?

Data BPS menunjukkan penurunan sebanyak 9.48 juta penduduk kategori kelas menengah ke kategori rentan miskin, apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Kelas Menengah Kian Terhimpit, Belanja Rumah Tak Lagi jadi Prioritas?

6 hari lalu

Kelas Menengah Kian Terhimpit, Belanja Rumah Tak Lagi jadi Prioritas?

BPS mencatat terjadi pergeseran prioritas belanja kelas menengah, pengeluaran perumahan menurun. Beberapa warga kelas menyebut belanja rumah bukan lagi prioritas

Baca Selengkapnya

Banyak Kalangan Kelas Menengah Turun Kasta, Siapa yang Termasuk Kelompok Kelas Menengah?

6 hari lalu

Banyak Kalangan Kelas Menengah Turun Kasta, Siapa yang Termasuk Kelompok Kelas Menengah?

Kelompok kelas menengah mencakup masyarakat dengan pengeluaran berkisar Rp2.040.262 sampai Rp9.909.844 per kapita per bulan pada 2024.

Baca Selengkapnya