Rupiah Menguat Tajam di Akhir Pekan Usai The Fed Tahan Suku Bunga

Jumat, 2 Februari 2024 17:52 WIB

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat tajam 104 poin ke level Rp 15.660 per dolar Amerika Serikat (dolar AS) pada perdagangan akhir pekan, Jumat, 2 Februari 2024. Sebelumnya, rupiah sempat melemah 110 poin ke level Rp 15.764 per dolar AS.

“Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif dan ditutup menguat di kisaran Rp 15.610 hingga Rp 15.700 per dolar AS,” ujar analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan tertulis, Jumat.

Dalam analisisnya, indeks dolar AS melemah setelah Bank Sentral AS Federal Reserve alias The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil dan menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga pada Maret mendatang.

“Namun Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan catatan yang agak optimis terhadap perekonomian AS, yang mendorong investor untuk beralih ke aset-aset yang berbasis risiko meskipun ada prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” kata dia.

Saat ini, menurutnya, pasar menantikan penurunan suku bunga pada bulan Mei seiring pendekatan Non-Farm Payrolls (NFP). “Para pedagang mulai memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Mei,” tuturnya.

Advertising
Advertising

Selanjutnya: Sementara Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang....

<!--more-->

Sementara Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang penurunan suku bunga di bulan Mei lebih dari 60 persen. Para analis juga memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya empat kali lagi setelah bulan Mei.

“Meskipun skenario seperti ini menjadi pertanda baik bagi mata uang Asia yang didorong oleh risiko, The Fed belum memberikan indikasi bahwa mereka akan memangkas suku bunga secara besar-besaran pada 2024,” ujar analis itu.

Adapun bank sentral menegaskan bahwa rencana mereka untuk menurunkan suku bunga sebagian besar akan ditentukan oleh jalur inflasi. Data NFP diperkirakan akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai pasar tenaga kerja.

“The Fed juga menyebutkan melemahnya pasar tenaga kerja sebagai salah satu faktor utama yang mendorong penurunan suku bunga,” ucap Ibrahim.

Dari faktor internal sendiri, Bank Indonesia sebelumnya menyatakan bahwa ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia pada 2023 dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen. Hal itu disertai dengan inflasi sebesar 2,61 persen atau salah satu yang terendah di dunia.

Pilihan Editor: Dipanggil KPK Soal Kasus SYL, Bos Bapanas: Insya Allah Tidak Ada Penyetoran Uang

Berita terkait

Kementerian Perdagangan Antisipasi Fenomena Alih Mitra Dagang di Pasar Global

18 menit lalu

Kementerian Perdagangan Antisipasi Fenomena Alih Mitra Dagang di Pasar Global

Kementerian Perdagangan mengungkapkan saat ini fenomena alih mitra dagang sejumlah negara telah mempengaruhi ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

16 jam lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

21 jam lalu

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebut bantuan beras merupakan langkah konkret untuk meringankan beban masyarakat.

Baca Selengkapnya

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

1 hari lalu

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dan Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang bertemu untuk membahas penguatan kerja sama

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Naik ke Angka Rp 1,33 Juta per Gram

1 hari lalu

Harga Emas Antam Naik ke Angka Rp 1,33 Juta per Gram

Harga emas Antam pada Rabu pagi, naik sebesar Rp 8.000 per gram, sehingga menjadi Rp 1.332.000 (Rp 1,33 juta) per gram.

Baca Selengkapnya

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

1 hari lalu

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

IHSG pada Rabu berpotensi bergerak mendatar seiring pelaku pasar sedang bersikap wait and see terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS)

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Fluktuatif, Citroen Terapkan Strategi Khusus Jual Produk Anyar

1 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Fluktuatif, Citroen Terapkan Strategi Khusus Jual Produk Anyar

Masih sangat berfluktuasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat sejumlah produsen mobil menerapkan strategi khusus dalam menjual produknya.

Baca Selengkapnya

Hari Ini Rupiah Makin Terpuruk ke Rp 16.100 per Dolar AS, Pedagang Tunggu Rilis Data Inflasi Terbaru

1 hari lalu

Hari Ini Rupiah Makin Terpuruk ke Rp 16.100 per Dolar AS, Pedagang Tunggu Rilis Data Inflasi Terbaru

Kurs rupiah ditutup melemah 20 poin ke level Rp 16.100 per dolar AS. Pada perdagangan kemarin, kurs rupiah per dolar AS ditutup pada level Rp 16.080

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan

Wamenkeu Suahasil Nazara memperkirakan suku bunga The Fed belum akan turun dalam waktu dekat, sehingga indeks dolar meningkat dan menekan nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

2 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya