TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, memperkirakan suku bunga kebijakan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) turun sebanyak tiga kali hingga mencapai 75 basis poin pada 2024, dimulai pada paruh kedua tahun ini.
“Apakah Fed Funds Rate akan turun? probabilitasnya akan turun. Kapan? Kalau BI memandangnya mulai dari semester 2, berapa banyaknya? 75 basis poin (bps), itu itung itungan kami,” ujar Perry dalam acara forum bertajuk ‘Stabilitas Moneter di Tengah Dinamika Ekonomi 2024’, dikutip melalui YouTube Infobank Tv, Kamis, 1 Februari 2024
Menurutnya proyeksi ini dapat berubah-ubah seiring bertambahnya informasi baru. Namun, ia menekankan untuk saat ini, FFR diprediksi turun pada paruh kedua tahun 2024 sebanyak tiga kali hingga 75 bps. “Bulan depan kalau ada informasi baru ya kita perbaharui lagi, mungkin bisa lebih cepat,” tuturnya.
Perkiraan tersebut didasarkan atas penilaian terhadap kondisi ekonomi AS, pasar tenaga kerja dan inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) inti AS, serta pernyataan-pernyataan resmi dari Federal Open Market Committee (FOMC).
Terkait dolar AS, Perry mengatakan saat ini pergerakannya masih naik turun. “Tapi dolar AS sudah melemah dari tahun lalu. Tahun lalu dolar indeksnya itu 105 hampir ke 107, sekarang 103. Akankah ke 105? probabilitasnya tidak. Apakah akan segera ke 101? tergantung inflasi Amerika dan FFR-nya,” kata dia.
Dia memperkirakan bahwa dolar nantinya tidak akan kembali menguat, tapi justru melemah. “Di semester satu masih akan naik turun. Tugas kami kalau naik turun ya intervensi, tugas BI menstabilkan,” ujar Perry.
Sama seperti suku bunga kebijakan AS, Perry mengatakan ada kemungkinan dolar melemah pada paruh kedua 2024. “Probabilitasnya semester dua dolar akan melemah, FFR akan turun, sekarang kita tetep optimis arahnya ke mana, tapi tetap waspada.”
Sebelumnya, Perry menuturkan bahwa pasar mengantisipasi kemungkinan FFR turun lebih cepat di penghujung triwulan II-2024. Sebagian memperkirakan tingkat penurunan FFR yang lebih tinggi, yakni bisa empat kali dengan total penurunan 100 bps pada 2024, bahkan lebih besar.
"Kami perkirakan dan sekarang juga sudah mulai kelihatan penguatan dolar terhadap rupiah itu mulai berhenti bahkan ada kecenderungan melemah," ujarnya dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Januari 2024 di Jakarta, Rabu, 17 Januari 2024.
Karena masih ada ketidakpastian waktu dan besaran penurunan suku bunga FFR, maka terdapat volatilitas sentimen pasar sehingga rupiah naik turun. “Kami perkirakan bahwa nilai tukar rupiah meskipun dalam jangka pendek itu naik turun, tapi tetap stabil, dan trennya akan menguat," tuturnya.
Dia mengatakan tren pergerakan nilai tukar rupiah ke depan akan menguat mengikuti semakin meredanya kondisi gejolak global, semakin besarnya portfolio inflows dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia, yakni kebijakan moneter yang pro-stability, serta kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran yang tetap pro-growth.
DEFARA DHANYA | ANTARA
Pilihan Editor: Ramal Suku Bunga The Fed Turun Semester Dua, Bank Indonesia Siap Ikuti