JPMorgan Diduga Kena Tipu Rp 2,6 Triliun oleh Startup Frank, Kok Bisa?

Senin, 16 Januari 2023 08:32 WIB

Gedung JP Morgan Chase. AP/Bebeto Matthews

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan induk jasa keuangan dan bank investasi multinasional asal Amerika Serikat (AS), JPMorgan Chase & Co (JPMC), diduga tertipu oleh startup perencanaan keuangan mahasiswa Frank. JPMC telah mengakuisisi perusahaan rintisan itu sebesar US$ 175 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun.

Dilansir dari Forbes, Kepala Eksekutif JPMorgan Jamie Dimon mengakui pihaknya membuat kesalahan dalam akuisisi tersebut. Pihaknya juga telah menggugat pendiri Frank, Charlie Javice, karena diduga menciptakan 4,25 juta pengguna palsu untuk meningkatkan nilai bisnis.

Baca: 102 Daftar Pinjol Legal P2P Lending Terbaru yang Diawasi OJK

Untuk diketahui, akuisisi itu disepakati JPMorgan dan Frank pada September 2021. Lebih lanjut, Dimon mengakui akuisisi itu adalah kesalahan besar, tapi bank terbesar AS itu perlu mengambil risiko.

“Jelas ketika Anda bangun 300 kali setahun Anda akan mengalami kesalahan dan kami tidak ingin perusahaan kami takut akan kesalahan dan tidak melakukan apa-apa,” kata Dimon.

Advertising
Advertising

Dimon lantas membela catatan JPMorgan dalam disiplin keuangan. Ia lalu mengatakan bahwa Chase, cabang konsumen dan komersial bank AS, bertanggung jawab atas kesepakatan tersebut. Tetapi, tim akuisisi pusat telah melakukan uji tuntas ekstensi pada Frank.

“Kami sangat disiplin dan Anda melihatnya dalam banyak cara berbeda. Anda melihat bahwa dalam buku pinjaman leverage kami, keberhasilan investasi kami, kualitas produk dan layanan kami, dan tidak ada bedanya dengan akuisisi. Izinkan saya memberi tahu Anda pelajaran yang didapat saat hal ini keluar dari proses pengadilan,” tutur Dimon.

Gugatan JPMorgan

Dikutip dari Forbes, JPMorgan menuntut pendiri Frank Charlie Javice dan Kepala Pertumbuhan Frank Oliver Amar atas klaim pengguna fintech palsu. Keduanya disinyalir menciptakan 4,25 juta akun palsu.

Padahal, menurut gugatan yang diajukan akhir tahun lalu di Pengadilan Distrik AS di Delaware, Frank hanya memiliki 300.000 pelanggan

“Javice pertama-tama menolak permintaan JPMC, dengan alasan bahwa dia tidak dapat membagikan daftar pelanggannya karena masalah privasi. Setelah JPMC bersikeras, Javice memilih untuk menemukan beberapa juta akun pelanggan Frank dari seluruh jaringan,” ujar gugatan itu.

Gugatan tersebut juga menyebutkan Javice dan Amar meminta Direktur Teknik Frank untuk membuat detail pelanggan palsu setelah JPMorgan meminta detail pengguna sebagai bagian dari pembicaraan akuisisi. Namun, dia menolak.

Javice lalu diduga membayar US$18 ribu atau sekitar Rp 272 juta kepada seorang profesor data science untuk membuat jutaan akun palsu menggunakan data sintetis. Setelah akuisisi terjadi, JPMorgan menguji kampanye pemasaran kepada pengguna Frank.

JPMorgan lantas mengirim email uji pemasaran ke daftar pelanggan Frank yang telah disediakan perusahaan. Tetap menurut JPMorgan, hanya 28 persen dari mereka yang terkirim. Umumnya, kata JPMorgan, dalam kampanye serupa tingkat pengirimannya mencapai 99 persen.

"(JPMorgan) membayar US$175 juta untuk apa yang diyakini sebagai bisnis yang sangat terlibat dengan segmen pasar usia kuliah dengan 4,265 juta pelanggan. Alih-alih, ia (JPMorgan) menerima bisnis dengan kurang dari 300 ribu pelanggan," kata bank tersebut dalam gugatan yang diajukan bulan lalu. .

Namun, hal ini dibantah pengacara Javice. Javice telah mengajukan tuntutannya terhadap JPMorgan dengan tuduhan bahwa bank tersebut berusaha untuk ‘mengembalikan kesepakatan’ setelah terburu-buru mengakuisisi startup Frank.

Dilansir dari Reuters, JPMorgan lalu menutup Frank pada Kamis lalu, 12 Januari 2023 setelah gugatan itu dipublikasikan. Pada November lalu, bank raksasa itu menghentikan pekerjaannya pada Frank.

Chief Financial Officer JPMorgan Jeremy Barnum JPMorgan mengatakan bahwa bank masih mempekerjakan dan masih dalam mode pertumbuhan. Laba JPMorgan untuk tiga bulan yang berakhir pada 31 Desember adalah US$ 11 miliar (sekitar Rp 166 triliun) atau US$ 3,57 (sekitar Rp 53.960) per saham.

Sedangkan pada tahun sebelumnya, laba JPMorgan adalah US$ 10,4 miliar (sekitar Rp 157 triliun), atau US$ 3,33 (sekitar Rp 50.332) per saham. Tidak termasuk item, perusahaan memperoleh US$ 3,56 (sekitar Rp 53.808) per saham, mengalahkan perkiraan analis rata-rata US$ 3,07 (sekitar Rp 46.402).

Baca: Kedubes AS Buka 2 Lowongan Kerja dengan Gaji Rp 98 Jutaan Setahun, Tertarik?

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

9 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyerahkan paket bantuan senjata untuk Israel senilai USD1 miliar (Rp16 triliun)

Baca Selengkapnya

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

11 jam lalu

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL memulai latihan militer bersama bernama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2024

Baca Selengkapnya

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

1 hari lalu

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

Harrison Mann, perwira Angkatan Darat Amerika Serikat mengumumkan mundur sebagai protes atas dukungan Washington terhadap perang Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

1 hari lalu

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

Sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB, 9 negara menolak dan 25 negara lain abstain. Apa alasan mereka menolak?

Baca Selengkapnya

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

1 hari lalu

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

Gedung Putih membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Warga Palestina yang tewas di Gaza sudah lebih dari 35.000 orang.

Baca Selengkapnya

OJK Tambah Kriteria Konglomerasi Keuangan di Rancangan Peraturan OJK yang Baru

1 hari lalu

OJK Tambah Kriteria Konglomerasi Keuangan di Rancangan Peraturan OJK yang Baru

Dalam Rancangan Peraturan OJK yang baru, total aset konglomerasi keuangan paling sedikit Rp 20 triliun sampai dengan kurang dari Rp 100 triliun.

Baca Selengkapnya

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

1 hari lalu

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

Senator AS Lindsey Graham melontarkan pernyataan kontroversial terkait agresi Israel di Gaza. Ia menyarankan Israel membom nuklir Gaza

Baca Selengkapnya

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

2 hari lalu

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

Mantan pilot Marinir AS yang menentang ekstradisi dari Australia, tanpa sadar bekerja dengan seorang peretas Tiongkok, kata pengacaranya.

Baca Selengkapnya

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

2 hari lalu

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

Antony Blinken memperingatkan serangan Israel bisa memicu sebuah pemberontakan.

Baca Selengkapnya

Kekayaan Pendiri Google Mencapai Bilangan Kuadriliun, Berapa Triliun?

2 hari lalu

Kekayaan Pendiri Google Mencapai Bilangan Kuadriliun, Berapa Triliun?

Gabungan kekayaan pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin mencapai kuadriliun. Berapa triliun banyaknya?

Baca Selengkapnya