Harga Gas Industri Turun, PGN Usul Pembebasan PPN

Kamis, 23 April 2020 05:35 WIB

Para pengemudi angkutan umum tengah mengantre pengisian bahan bakar gas di SPGB kawasan Pluit, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019. PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mencatat laba bersih sepanjang semester I 2019 turun 69,87% menjadi US$ 54,04 juta dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menghadapi penurunan permintaan gas usai Covid-19 merebak. Ditambah penugasan berupa penyesuaian harga gas untuk industri tertentu, pendapatan perusahaan tahun diproyeksi menurun.

Direktur Utama PGN, Gigih Prakoso, menyatakan penurunan permintaan terhadap gas dipicu rendahnya produktivitas industri. Salah satunya karena industri yang menggunakan gas sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi menghadapi perlambatan kegiatan ekspor dan impor. Sekitar 300 pelanggan PGN bergantung kepada bahan baku impor.

Gigih menyatakan penurunan permintaan telah terasa sejak Maret. "Volume sudah turun cukup signifikan dan diperkirakan terus berlangsung sampai Juni," kata dia, Rabu 22 April 2020. Total penurunan penjualan PGN diperkirakan mencapai 31,60 BBTUD. Penjualan ritel diprediksi turun paling besar yaitu 18,66 BBTUD.

Selama kuartal I 2020, PGN tercatat telah mengalami penurunan permintaan gas sebesar 5 persen. Penurunan terbesar disumbang dari sektor industri keramik yang permintaannya turun hingga 15 persen.

Advertising
Advertising

Di tengah penurunan permintaan tersebut, PGN mendapatkan penugasan untuk menurunkan harga jual gas kepada industri tertentu menjadi US$ 6 per MMBTU. Penugasan tersebut diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi dan Peraturan Menteri ESDM No 8 Tahun 2020 tentang Cara Penetapan Pengguna dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri.

Direktur Keuangan PGN, Arie Nobelta, menyatakan penurunan harga gas industri bisa mengurangi pendapatan perusahaan sebesar 21 persen. "Pendapatan dapat berkurang tanpa adanya insentif atau kompensasi dari pemerintah," katanya. Kondisi ini akan mempengaruhi arus kas perusahaan dan menghambat pembayaran sejumlah kewajiban jangka panjang. PGN saat ini memiliki utang jangka panjang yang harus dibayarkan pada 2024 senilai US$ 1,95 miliar.

Gigih menuturkan perusahaan membutuhkan insentif dari pemerintah untuk bertahan menghadapi kondisi saat ini. Untuk mengurangi dampak anjloknya peminat gas, dia berencana mengusulkan pembebasan PPN untuk kegiatan usaha. Perusahaan juga mengajukan pembebasan PPN untuk LNG. PGN berencana memanfaatkan rendahnya harga LNG untuk menambah produk bisnis.

Untuk menutupi selisih biaya terkait gas untuk industri, Gigih mengajukan beberapa opsi insentif. Salah satunya mengusulkan tambahan volume gas yang dialokasikan dengan harga khusus kepada PGN. "Alternatif lainnya kami mengusulkan penggantian kompensasi secara tunai dari pemerintah," katanya. PGN akan menyampaikan usulan tersebut kepada pemerintah melalui PT Pertamina (Persero).

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Tallatov menyatakan pemerintah perlu menunda implementasi penurunan harga gas industri dalam kondisi seperti ini. "Pemerintah perlu mengkur stimulus yang imbang bagi industri dan PGN," katanya. Menurut Abra, pemerintah juga perlu mempertimbangkan biaya produksi gas yang harus ditanggung PGN sementara perusahaan tersebut tengah mengalami penurunan permintaan.

Berita terkait

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

1 jam lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Bea Masuk Barang Impor Disoal, YLKI juga Mendapat Aduan

5 jam lalu

Bea Masuk Barang Impor Disoal, YLKI juga Mendapat Aduan

Bea Cukai sedang disorot karena kasus bea masuk impor yang mahal. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan ada sejumlah aduan serupa.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

2 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

2 hari lalu

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

Bea Cukai memberi tips agar tak terkena sanksi denda saat bawa barang belanja dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

2 hari lalu

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

PGN mulai optimalkan produk gas alam cair di tengah menurunnya produksi gas bumi.

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

3 hari lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

3 hari lalu

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani mengatakan kasus pengenaan bea masuk Rp 31 juta untuk satu sepatu sudah sesuai aturan.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

4 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

5 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

6 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya