Mandatori B20 Dinilai Tak Cukup Atasi Defisit Neraca Perdagangan

Reporter

Caesar Akbar

Jumat, 17 Mei 2019 15:40 WIB

Neraca Perdagangan Juli 2017 Defisit

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economics Piter Abdullah mengatakan kebijakan kewajiban penggunaan bahan bakar minyak dengan campuran minyak sawit 20 persen alias B20 belum ampuh mengatasi defisit neraca minyak dan gas alias migas.

Baca juga:
Defisit APBN April Tembus Rp 101 T, Sri Mulyani: Masih Terkendali

Padahal, defisit neraca migas diduga merupakan penyebab utama dari defisit neraca perdagangan April 2019. Saat ini, produksi minyak di dalam negeri masih jauh di bawah kebutuhan konsumsi Indonesia. "Kewajiban B20 saja tidak cukup," ujar Piter dalam pesan singkat kepada Tempo, Jumat, 17 Mei 2019.

Penerapan mandatori B20 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menekan defisit minyak di Tanah Air. Selain bisa meningkatkan konsumsi dari minyak sawit lokal, B20 diharapkan bisa mengurangi kebutuhan impor solar Indonesia.

Namun, Piter melihat langkah itu belum menjadi solusi dari penyebab utama defisit migas, yaitu minimnya produksi dibandingkan dengan kebutuhan di dalam negeri. Apalagi, lifting minyak Indonesia terus merosot dari tahun ke tahun dan kini hanya di kisaran 700 ribu barel per hari.

Padahal, kebutuhan total minyak mentah dan minyak refinery Indonesia berdasa di atas 1 juta barel per hari. "Kewajiban B20 memang akan mengurangi kebutuhan impor solar, tetapi tidak mengatasi penurunan produksi atau lifting minyak," kata Piter.

Karena itu, Piter menyebut pemerintah perlu mengkaji kenapa investasi penanaman modal asing untuk eksplorasi sumur-sumur baru terhenti. Padahal, bagi investor, minyak Indonesia masih sangat menjanjikan untuk investasi. "Untuk menaikkan lifting, investasi eksplorasi minyak ini harus ditingkatkan secara masif."

Senada dengan Piter, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance alias Indef Bhima Yudhistira mengatakan kebijakan penyerapan pasokan B20 belum efektif kurangi impor solar karena terkendala beberapa masalah. Misalnya saja dari sisi pasokan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) yang diperlukan untuk campuran solar agar menjadi biodiesel belum memenuhi target.

"Segmentasi penggunaan B20 juga masih terbatas pada kendaraan tertentu dan alat berat, di luar Jawa pun masih ada kekurangan pasokan," kata Bhima. "Jadi, persiapan kurang matang. Ini jadi beban Pertamina."

Kemarin, Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat neraca perdagangan pada April 2019 mengalami defisit sebesar US$ 2,5 miliar. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, angka defisit ini berasal dari nilai impor yang mencapai US$ 15,09 miliar, sementara capaian ekspor hanya sebesar US$ 12,59 miliar.

Berita terkait

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

3 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

6 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

6 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

Jerry Sambuaga optimistis neraca perdagangan Indonesia tetap surplus di tengah situasi geopolitik saat ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

10 hari lalu

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

Indonesia berisiko menghadapi kondisi 'twin deficit' seiring dengan menurunnya surplus neraca perdagangan.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Sepakat Jaga Defisit Anggaran 2025 3 Persen, Apindo: Penyusunan RAPBN Mesti Displin

17 hari lalu

Pemerintah Sepakat Jaga Defisit Anggaran 2025 3 Persen, Apindo: Penyusunan RAPBN Mesti Displin

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menanggapi soal keputusan pemerintah menjaga defisit APBN 2025 di bawah 3 persen.

Baca Selengkapnya

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal

44 hari lalu

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan yang berlanjut pada Februari 2024 menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Dunia Wanti-wanti RI soal Program Makan Siang Gratis, Airlangga: Mereka Belum Tau Programnya

59 hari lalu

Bank Dunia Wanti-wanti RI soal Program Makan Siang Gratis, Airlangga: Mereka Belum Tau Programnya

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi peringatan Bank Dunia soal program makan siang gratis.

Baca Selengkapnya

Ini Kata Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis Prabowo

27 Februari 2024

Ini Kata Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis Prabowo

Bank Dunia angkat bicara soal program makan siang gratis inisiasi calon presiden Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Indonesia dengan Mesir Surplus Rp 18,2 Triliun

23 Februari 2024

Neraca Perdagangan Indonesia dengan Mesir Surplus Rp 18,2 Triliun

Kementerian Perdagangan mencatat neraca perdagangan Indonesia dengan Mesir surplus Rp 18,2 triliun.

Baca Selengkapnya