Boeing Pangkas Produksi Boeing 737 MAX Sebesar 20 Persen
Minggu, 7 April 2019 08:45 WIB
TEMPO.CO, San Fransisco, - CEO Boeing Co., Dennis Muilenburg, mengatakan bahwa perusahaannya memutuskan untuk memangkas produksi bulanan pesawat 737. Dari semula tingkat produksi bulanan 737 MAX sebanyak 52 pesawat, mulai pertengahan April dikurangi sekitar 20 persen, menjadi 42 pesawat saja per bulan.
BACA: Pembaruan Software Boeing 737 MAX Molor dari Target
Muilenburg menjelaskan, jal ini dilakukan untuk mengalihkan lebih banyak sumber daya yang bekerja guna memperbaiki sistem pesawat tipe 737 Max agar bisa terbang lagi setelah digrounded sejak 12 Maret 2019 lalu. "Kami sedang menyesuaikan sistem produksi sementara 737 untuk mengakomodasi jeda dalam pengiriman Max. Kami memprioritaskan sumber daya tambahan untuk fokus pada sertifikasi perangkat lunak dan mengembalikan Max agar bisa terbang lagi," kata dia Jumat waktu setempat, sebagaimana dikutip dari kantor berita Antara, Sabtu 6 April 2019.
Sebelumnya, CEO Boeing, dalam sebuah pernyataan video pada Kamis 4 April 2019 mengakui untuk pertama kalinya, bahwa data buruk berperan dalam dua kecelakaan udara itu, Lion Air JT 610 pada Oktober dan Ethiopian Airlines ET 302 pada Maret-- keduanya melibatkan pesawat 737 Max dan menewaskan gabungan 346 orang. Muilenburg mengakui kecelakaan terjadi karena fitur otomatisasi MCAS (Maneuvering Characteristics Augmentation System) pesawat aktif sebagai respons terhadap informasi angle of attack/AOA (sudut serangan) yang keliru.
Setelah mengakui kesalahan itu, Muilenburg mengatakan bahwa perusahaan memiliki "tanggung jawab untuk menghilangkan risiko tersebut. Lalu, Boeing pun berupaya membuat pembaruan perangkat lunak 737 Max untuk mencegah kecelakaan serupa terjadi lagi.
Baca: Detik-detik Jatuhnya Lion Air JT 610, Begini Isi Rekaman Pilot
Kecelakaan udara mematikan baru-baru ini telah menyebabkan pelarangan terbang pesawat 737 Max di seluruh dunia. Otoritas penerbangan Amerika Serikat, FAA, telah melarang terbang semua pesawat Boeing 737 Max 8 di Amerika Serikat dan seluruh dunia. Di Indonesia, Kementerian Perhubungan telah menggrounded 11 unit pesawat tipe tersebut yang dimiliki maskapai penerbangan Lion Air dan Garuda Indonesia sejak 14 Maret 2019.
ANTARA