Menurut informasi yang diperoleh Tempo, rapat terutama akan membahas perkembangan krisis keuangan dunia dan dampaknya pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara tahun ini dan tahun depan serta ekonomi makro Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, M. Lutfi, dalam pesan pendeknya membenarkan akan ada rapat koordinasi menteri-menteri ekonomi di Departemen Keuangan pagi ini.
Selain menteri-menteri ekonomi, seperti Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzetta, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Gubernur Bank Indonesia Boediono dijadwalkan juga akan hadir.
Kredit macet yang dikucurkan untuk sektor perumahan di Amerika Serikat yang tak kunjung teratasi, membuat negara itu mengalami krisis keuangan hebat.
Presiden Amerika Serikat George W. Bush Jumat waktu Washington meneken kebijakan pengucuran dana talangan sebesar US$ 700 miliar atau sekitar Rp 6.500 triliun untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan keuangan raksasa di negeri adidaya itu dari kebangkrutan akibat kredit macet sektor perumahan.
Kredit macet ini telah memakan banyak korban. Satu persatu perusahaan atau firma keuangan di negara itu jatuh bangkrut, seperti bank investasi Lehman Brothers dan Washington Mutual. Perusahaan asuransi terbesar di dunia, American International Group (AIG), juga bisa mengalami hal sama jika tak cepat-cepat ditolong pemerintah dengan kucuran pinjaman US$ 85 miliar.
Tak hanya di Amerika, institusi keuangan Eropa dan Asia yang ikut membiayai kredit perumahan yang akhirnya macet itu, juga ikut terkena dampaknya. Bank sentral beberapa negara di Eropa dan Asia terpaksa harus menggerojoki pasar untuk mengatasi likuiditas.
Indeks harga saham bursa-bursa dan pasar uang di Eropa dan Asia selama sebulan terakhir ikut gonjang-ganjing. Indonesia selama sepekan terakhir diuntungkan karena libur panjang lebaran, sehingga tak terkena dampak kejatuhan bursa global dan regional.
Krisis keuangan di Amerika Serikat yang dikhawatirkan akan berubah menjadi krisis ekonomi global ini, membuat Sri Mulyani dan Boediono bulan lalu mengundang para analis, ekonom, dan pelaku pasar untuk menjelaskan posisi Indonesia agar pasar tak panik.
Grace S. Gandhi