TEMPO.CO, Semarang - Potensi investasi lewat perdagangan berjangka ke Indonesia Timur dinilai belum tergarap secara maksimal. Padahal dinamika industri perdagangan berjangka komoditi masih memilki potensi besar untuk berkembang.
“Dan memberi kontribusi perekonomian Indonesia,” kata Direktur utama PT Bursa Berjangka Jakarta Shtepanus Paulus Lumintang, saat sosialisasi perdagangan berjangka komoditi domestik di Semarang, Selasa, 15 Agustus 2017.
Simak: BI Minta Pemerintah Mengarahkan Investasi
Ia mengaku saat ini lembaga jasa investasi yang dinaungi di bawah PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) masih sedikit, bahkan untuk Indonesia timur baru sampai di pulau Sulawesi. “Padahal tren investasi ini cenderung lebih mudah,” kata Shtepanus Paulus.
Menurut dia, investasi lewat industri berjangka saat ini sudah mencapai 110 ribu akun baik pasif maupun aktif. Ratusan ribu akun itu menginvestasikan lewat 80 perusahaan perdagangan berjangka atau pialang berjangka.
Dengan kondisi itu Sthepanus memastikan masih perlu sosialisasi dan edukasi yang konsisten kepada publik agar potensi investasi terealisasi. “Perlu ditekankan ke publik bahwa industru perdagangan berjangka komoditi yang kini ada telah beroperasi di bawah regulasi yang jelas,” katanya.
Sosialisasi yang ia maksud adalah memberi pemahaman ke publik agar terhndar menjadi korban penipuan investasi yang sering terjadi masyarakat pada akhir-akhir ini .
Salah satu perusahaan pialang berjangka PT Rifan Financindo Barjangka (RFB) yang telah beroperasi di Semarang, menyebutkan maraknya penipauan berkedok investasi serta tingginya transaksi ilegal di Indonesia membuktikan masih banyak masyarakat yang belum mengenal secara baik tentang perdagangan berjangka komiditi.
“Terbukti badan pengawas perdagangan berjangka komoditi (Bappeti) telah menutup 81 situs perdagangan berjangka yang melanggar aturan,” kata Chief Business Officer PT Rifan Financindo Berjangka, Teddy Prasetya.
Menurut dia, edukasi dan sosialisasi seagaja dilakukan sebagai anggota Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Kliring Berjangka Indonesia (KBI) yang merasa perlu bersama-sama mengedukasi masyarakat bagaimana berinvestasi yang lebih sehat di industri perdagnagan berjangka komoditi.
“Karena selama ini masyarakat masih awam dengan investais perti ini, selama ini investasi yang dikenal baru saham, obligasi, reksadana dan deposito,” kata Teddy.
EDI FAISOL