Pejalan kaki melintasi spanduk bergambar Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dengan latar kapal yang ditenggelamkan di Gedung Kementerian Kelauatan dan Perikanan, Jakarta, 10 Desember 2014. TEMPO/Frannoto
TEMPO.CO,Makassar - Nelayan di Sulawesi Selatan meminta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tidak hanya berani menenggelamkan kapal asing yang masuk ke perairan Indonesia. Menteri Susi juga diminta berani menindak tegas nelayan lokal yang masih menggunakan pukat harimau. (Baca: Menteri Susi: You Langgar Aturan, Saya Tabrak)
“Terbukti, alat tangkap ini merusak terumbu karang yang menjadi rumah ikan,” kata Alimuddin, nelayan di Pelabuhan Paotere, Makassar, kepada Tempo, Kamis, 11 Desember 2014. (Baca: Cara Susi Manfaatkan Pengadilan Perikanan )
Selain merusak rumah ikan, kata Alimuddin, pukat harimau juga menangkap semua jenis ikan sehingga mengancam keberlangsungan spesies ikan di laut. “Kalau ikannya tidak layak konsumsi, mereka buang saja di laut. Ini kan pemborosan,” ujarnya.
Muhammad Arsyad, nelayan di Paotere, mengatakan penangkapan ikan secara berlebihan atau overfishing di perairan Indonesia juga terjadi karena semakin canggihnya alat yang digunakan nelayan. Nelayan sekarang sudah menggunakan global positioning system untuk memantau keberadaan ikan. “Beda dengan dulu, nelayan hanya menggunakan pancing,” kata Arsyad. (Baca: Menteri Susi Bom Kapal Thailand Pekan Ini )
Menurut Arsyad, masih banyak nelayan Indonesia yang menangkap ikan dengan cara yang merusak lingkungan laut. Misalnya menggunakan bom dan racun sianida. Dengan demikian, mereka ikut mengurangi jumlah ikan di laut. “Harus ada kebijakan yang tepat dari pemerintah,” katanya. (Baca:Menteri Susi Dihargai KPK Merevolusi Perikanan )