TEMPO.CO, Manila -Bank Pembangunan Asia (ADB) menurunkan perkiraan pertumbuhan negara berkembang di Asia tahun depan sebagai akibat belum pulihnya krisis utang Eropa. Turunnya angka pertumbuhan disebabkan faktor eksternal, seperti lemahnya ekspor.
Dalam pernyataannya, ADB mengatakan pertumbuhan ekonomi Asia pada 2012 mencapai 7,2 persen. Angka ini turun dari prediksi September lalu, yang menyatakan pertumbuhan bisa mencapai 7,5 persen. Untuk akhir tahun ini, ADB optimistis pertumbuhan mencapai 7,5 persen.
Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional ADB Iwan Azis mengatakan permintaan ekspor masih akan lemah karena masalah utang Eropa bisa berubah menjadi krisis besar pada sektor keuangan global. "Efek pertama akan terjadi pada negara-negara yang berorientasi ekspor," kata dia seperti dikutip BBC kemarin.
ADB juga memperingatkan, faktor lain yang meningkatkan risiko penurunan pertumbuhan ialah proteksionisme, larinya arus modal, serta inflasi. Negara berkembang Asia yang bakal terkena efek krisis di antaranya kawasan ASEAN, Cina, Hong Kong, Korea Selatan, dan Taiwan. Karena itu, ADB mendesak para pembuat kebijakan merespons secara kolektif potensi dampak krisis ini.
Sebelumnya, diberitakan krisis Eropa berdampak pada penurunan aktivitas industri di Asia. Aktivitas manufaktur di Cina dan Taiwan anjlok dengan laju tercepat sepanjang tiga tahun terakhir.
Federasi Pengusaha Logistik dan Badan Statistik Cina menyatakan indeks manajer pembelian (PMI) Negeri Tirai Bambu turun dari 51,2 pada September menjadi 50,4 pada Oktober. Pada periode yang sama, PMI Taiwan turun dari 44,5 menjadi 43,7. Lesunya aktivitas produksi ini disebabkan oleh merosotnya permintaan dari Eropa dan Amerika. Hal ini menegaskan ketergantungan industri Asia pada permintaan ekspor dari negara-negara maju.
FERY FIRMANSYAH
Berita terkait
Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja
5 jam lalu
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
19 jam lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global
4 hari lalu
Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.
Baca SelengkapnyaPasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter
4 hari lalu
BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024
5 hari lalu
Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.
Baca SelengkapnyaRektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel
6 hari lalu
Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.
Baca SelengkapnyaDi Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan
8 hari lalu
Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca SelengkapnyaKonflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen
8 hari lalu
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.
Baca SelengkapnyaEkonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel
11 hari lalu
Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.
Baca SelengkapnyaADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?
18 hari lalu
ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.
Baca Selengkapnya