TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia jenis Brent kembali naik 30 sen menjadi US$ 52,12 per barel pada Selasa, 16 Mei 2017, waktu London. Kenaikan ini terjadi setelah produsen minyak, seperti Arab Saudi, Rusia, dan Kuwait, bersepakat mengurangi pasokan demi menahan berlebihnya pasokan secara global. Rencananya, pengurangan pasokan akan dilakukan hingga Maret 2018.
Berdasarkan laporan Reuters, Selasa, 16 Mei 2017, kenaikan harga juga terjadi pada minyak mentah produksi Amerika Serikat yang mencapai 25 sen atau menjadi US$ 49,10 per barel. Dua jenis minyak yang menjadi patokan harga minyak dunia tersebut telah naik lebih dari US$ 5 per barel setelah bertengger di posisi paling rendah dalam lima bulan terakhir.
Arab Saudi dan Rusia menyetujui perpanjangan pemotongan pasokan minyak mentah 1,8 juta barel per hari (bph) selama sembilan bulan sampai akhir Maret 2018. Menteri perminyakan Kuwait Essam al-Marzouq juga mendukung rencana yang diinisiasi dua negara tersebut. Negara-negara anggota Organisasi Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) lain juga diperkirakan mendukung langkah tersebut. Keputusan ini akan diumumkan pada pertemuan OPEC di Wina, Austria, 25 Mei mendatang.
Baca: Harga Minyak Dunia Melemah Saat Pasokan dari Libya dan AS Naik
Analis Goldman Sachs mengatakan kesepakatan tersebut mungkin akan memperpanjang rebound harga minyak. "Meskipun kenaikan harga kali ini masih lebih rendah dibandingkan dengan dampak pemotongan stok OPEC yang dilakukan tahun lalu."
Goldman Sachs menyatakan pasokan tetap banyak karena ada anggota OPEC yang tidak diwajibkan mengurangi pasokan, seperti Libya dan Nigeria. Goldman Sachs memprediksi rally kenaikan harga minyak untuk kuartal ketiga 2017 bisa mencapai US$ 57 per barel.
Analis investasi Rivkin Securities, James Woods, berujar, kendati OPEC mengurangi pasokan, stok minyak dunia akan tetap banyak. "Seperti yang telah kita lihat selama enam bulan terakhir, persediaan dan produksi Amerika tetap meningkat. Pada tahap ini, agak sulit menghentikannya." Produksi minyak Amerika memang terus menanjak hingga lebih dari 10 persen sejak pertengahan 2016 dengan volume 9,3 juta barel per hari.
Simak: Harga Minyak Dunia Terpukul Data Cadangan Amerika Serikat
Analisis serupa juga diungkapkan Badan Energi Internasional (IEA). Lembaga ini memprediksi, kendati sejumlah negara anggota OPEC mengurangi pasokan hingga 1,8 juta barel per hari, permintaan minyak global masih lebih rendah, yakni di level 1,3 juta barel per hari. Rendahnya permintaan ini karena penurunan permintaan di negara-negara konsumen minyak terbanyak, seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Turki.
Berdasarkan data IEA, permintaan minyak Amerika Serikat pada Februari lalu menunjukkan penurunan cukup besar dibanding pada empat tahun terakhir ke level 495 ribu bph. India juga diperkirakan mengurangi konsumsi bahan bakar minyak menjadi hanya 200 ribu bph. IEA memprediksi negara yang konsumsi minyaknya masih tinggi adalah Cina, yang bertahan di level 425 ribu bph.
PRAGA UTAMA