TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution ingin porsi kredit usaha rakyat (KUR) di sektor produksi meningkat. Selama ini, KUR memang lebih banyak tersalurkan di sektor perdagangan. Menurut Darmin, porsi KUR di sektor produksi saat ini hanya sekitar 22-23 persen.
"Tahun ini yang kita kerjakan adalah targetnya naik kira-kira 10 persen dan kita mau (porsi KUR) produksi 40 persen. Kalau tahun depan bisa bergerak ke 60-70 persen, itu udah betul. Perdagangan jangan terlalu banyak," kata Darmin saat ditemui di Kompleks BI, Jakarta Pusat, Kamis, 27 April 2017.
Baca: Bunga KUR Tahun Ini Tetap 9 Persen
Menurut Darmin, yang terpenting saat ini adalah meningkatkan kualitas KUR. Dia belum ingin menurunkan bunga KUR menjadi 7 persen seperti keinginan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
"Kita udah naikkan targetnya. Itu aja dulu," kata dia. "Jangan semuanya diubah sekaligus. Pusing nanti nggak tercapai seperti yang diharapkan."
Baca: Penyaluran KUR Masih Berpusat di Jawa
Tahun ini, plafon penyaluran KUR naik menjadi Rp 110 triliun dari 2016 lalu yang sebesar Rp 100 triliun. Berdasarkan skemanya, porsi KUR mikro mencapai 81 persen, KUR ritel 18 persen, dan KUR penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) 1 persen. Adapun subsidi bunga KUR mikro diubah menjadi 9,55 persen.
Menurut data kementerian, hingga 31 Desember 2016, realisasi penyaluran KUR mencapai Rp 94,4 triliun atau 94,4 persen dari target penyaluran sebesar Rp 100 triliun. KUR tersebut tersalurkan pada 4.362.599 debitur. Adapun kredit macet atau non performing loan (NPL) hanya mencapai 0,37 persen.
Tahun lalu, KUR mikro mencatatkan porsi penyaluran terbesar, yakni mencapai Rp 65,6 triliun atau 69,5 persen. Penyaluran KUR terbesar kedua adalah KUR ritel sebesar Rp 28,6 triliun atau 30,3 persen. Sementara itu, penyaluran KUR terbesar ketiga yaitu KUR penempatan TKI sebesar Rp 177 miliar atau 0,2 persen.
ANGELINA ANJAR SAWITRI