TEMPO.CO, Jakarta - Kesenjangan rumah yang dibangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan (backlog) diperkirakan mencapai 11,38 juta unit. Angka itu belum memperhitungkan tingkat pertumbuhan kebutuhan rumah setiap tahun.
Separuh lebih dari backlog rumah berasal dari kelompok masyarakat berpenghasilan rendah sektor informal. Kebutuhan kepemilikan rumah bagi buruh tani, pedagang, dan nelayan mencapai 6,38 juta unit. Sedangkan total kebutuhan rumah bagi karyawan perusahaan berlevel rendah dan buruh pabrik sebesar 3,76 juta unit. Sisanya adalah kelompok perumahan komersial.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengambil peran, memanfaatkan potensi pembiayaan segmen tersebut. Selama dua tahun terakhir, perseroan terlibat dalam program pemerintah, yakni Sejuta Rumah untuk Rakyat.
Perseroan juga mengembangkan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) mikro dengan prosedur angsuran yang sederhana. "Dengan begitu, BTN sudah merealisasikan 97 persen target perumahan yang dibuat pemerintah," kata Direktur Utama BTN, Maryono.
Baca : RUPS BTN Setujui Pembagian Dividen Rp 523,8 Miliar
Bagaimana perusahaan memanfaatkan pasar perumahan dan menjaga kinerja keuangan tetap positif, berikut ini petikan wawancara dengan Maryono saat berkunjung ke Tempo, 16 Maret 2017.
Bagaimana progres pembangunan 1 juta rumah saat ini?
Program ini bukan program subsidi, tapi untuk semua rumah yang dibangun pemerintah atau swasta, baik yang subsidi maupun tidak. Terdiri atas kelompok pertama, rumah yang dibangun untuk masyarakat tak punya, seperti rusunawa. Di Jakarta, 100 persen pembangunannya oleh pemerintah. Kelompok kedua adalah rumah subsidi atau FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan). Ketiga, rumah nonsubsidi. Dengan demikian, program itu tak hanya tanggung jawab BTN, tapi semua.
Untuk rumah subsidi (FLPP) ditawarkan ke 17 bank, tapi tidak terealisasi sepenuhnya . BTN merealisasikan 97 persen dari target pemerintah. Bank lain enggak mau karena net interest margin atau margin bunga bersihnya rendah.
Baca : BI Pertahankan Repo Rate Tetap, Ini Alasannya
Berapa rumah yang sudah terealisasi?
Khusus BTN sudah ada 577 ribu unit. Tahun 2016, ada 400 ribu unit. Jadi dua tahun terakhir ini hampir sejuta. Ini bisa mengurangi backlog kepemilikan rumah 11,38 juta dan keterhunian sekitar 6,09 juta. Backlog keterhunian ini kalkulasi jumlah rumah tangga dikurangi total rumah, baik milik, kontrak, maupun sewa.
Dari 11,38 juta, kami hanya dapat membangun 1 juta per tahun. Artinya, bisa tuntas sebelas tahun. Padahal backlog tiap tahun bertambah sekitar 400 ribu. Makanya, ada program percepatan perumahan berkeadilan.
Bagaimana BTN memfasilitasi rumah tangga miskin?
Kami ada kredit KPR mikro sampai maksimal Rp 75 juta. Itu bisa dipakai bagi masyarakat yang tak punya tanah dan bangunan. Yang tak bisa bangun, kami bangun. Angsurannya bisa dengan skema harian, minggu, dan bulanan.
Baca : BTN Laba Bersih Rp 2,61 Triliun pada Desember 2016
Berapa banyak pengguna fasilitas KPR mikro?
Kami sudah masuk ke komunitas pedagang bakso. Ada 60 persen kredit mikro untuk masyarakat berpenghasilan rendah sektor informal. Mereka bisa mengangsur Rp 15 ribu per hari. Adapun pengumpulannya menggunakan kerja sama multifinance. Kami juga bekerja sama dengan asosiasi pedagang itu sendiri.
Bagaimana menentukan pembiayaan rumah masyarakat sesuai kebutuhan dan haknya?
Pembiayaan perumahan yang berkeadilan mempertimbangkan kemampuan daya beli masyarakat serta memprioritaskan masyarakat berpenghasilan rendah. Ada masyarakat yang feasible tapi tidak punya akses perbankan. Maka jenis huniannya seperti rumah sangat sederhana dan rusunami. Mereka bisa pakai kredit mikro, KPR Swadaya, dan bantuan stimulan perumahan swadaya.
Masyarakat yang punya akses bank tapi pas-pasan jadi tak bisa mengangsur rumah yang pembiayaannya menggunakan KPR sejahtera FLPP KPR atau KPR subsidi selisih bunga.
Baca : Incar Pekerja Informal, BTN Luncurkan KPR Mikro
Bagaimana BTN membiayai kredit mikro sampai ke pelosok daerah?
Cabang kami sekitar 890 unit, tapi cabang penuh cuma 85. Yang banyak, cabang pembantu dan kantor kas. Tapi kami bekerja sama dengan PT Pos Indonesia. Outlet-outlet PT Pos sebetulnya sudah online dengan kita, ada kurang-lebih 3.300.
Karena sebetulnya outlet pos itu kami manfaatkan untuk pengumpulan (collection) dan tabungan, dia tak mengurus kredit. Jadi hanya memudahkan orang mengangsur melalui kantor pos. Dan sekarang sudah bisa lewat Alfamart.
Sejak kapan mulai kerja sama dengan Alfamart?
Baru 2-3 bulan lalu. Jadi sambil belanja bisa mengangsur di sana. Bank-bank sekarang boleh membuat agen (laku pandai), nah agen ini kami tingkatkan. Kami siapkan 6.000 agen yang kami manfaatkan untuk angsuran. Agen ini sifatnya warung, warung di pasar, dituliskan agennya bank apa. Dia bisa untuk setoran, tapi dibatasi jumlah transfer. Agen itu pakai uang jaminan untuk mencegah dia lari.
Baca : BTN Kembangkan Digital Banking Dukung Sejuta Rumah
Berapa persen kontribusi pendapatan dari kredit perumahan?
Porsi KPR kami sekitar 80 persen. Kemudian juga memang masih didominasi dari net income. Jadi pendapatan fee base baru sekitar 12 persen. Ini yang akan kami kembangkan dengan pengembangan digital. Jadi kami harap fee base naik 20-25 persen.
Berapa rasio kredit macet sepanjang 2016?
Tingkat kredit macet atau non-performing loan (NPL) kami masih terjaga, secara kotor (gros) di level 2,84 persen dibanding 2015 sebesar 3,42 persen. Secara neto, kami sudah di level 1,85 persen, dari sebelumnya 2,11 persen.
NPL kredit pemilikan rumah seyogianya tak besar, minimal di bawah 1 persen. Tapi kemarin pembiayaan kurang memperhatikan risk management, sehingga banyak aset yang belum terdaftar dengan baik. Dengan demikian, kami sulit karena sertifikat dan lain-lain.
Baca : BTN Sediakan KPR untuk Pekerja Informal
Tapi margin bunga bersih (net interest margin atau NIM) masih meningkat?
NIM memang naik dari 4,87 persen pada 2015 ke 4,98 persen pada 2016. NIM kami paling kecil karena kami banyak subsidi, bunganya sudah dikunci. Ini karena kami banyak membantu pemerintah atau masyarakat.
Siapa segmen yang dituju dengan pengembangan digital perbankan?
BTN mengembangkan sistem nontunai untuk generasi cerdas. Misalnya, layanan untuk pendidikan seperti edu payment lewat pembayaran SPP Online, BTN Cash Management, serta penyaluran dana program pemerintah, yaitu beasiswa Bidikmisi dan BOS. Kredit investasi dan kredit modal kerja, serta deposito. Bagi mahasiswa, BTN menyiapkan BTN Juara, kartu ATM mahasiswa, penyaluran beasiswa, dan prepaid card.
PUTRI ADITYOWATI