TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah belum berencana menambah impor minyak mentah asal Iran. Pasalnya, pemerintah masih menunggu hasil uji coba terhadap 1 juta barel jenis Iranian Light Crude (ILC) yang masih dilakukan di kilang Cilacap.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar menyatakan berdasar hasil uji coba itu, barulah pemerintah akan menetapkan apakah volume impor minyak akan ditambah. “Satu juta kan udah nyampe ya. Kami tes dulu," ujar Arcandra di Jakarta, Jumat, 3 Maret 2017.
Sebelumnya, Direktur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan saat ini hanya 60 persen volume pasokan crude dari Iran yang bisa diolah. Kendati jenis minyak mentah Iran atau ILC dan Arabian Light Crude (ALC) dari Arab hampir sama, tapi kandungan sulfur ILC lebih tinggi.
Sebagai contoh, Hardadi menyebut 100 persen pasokan minyak mentah jenis ALC bisa diolah di kilang Cilacap. Dengan sejumlah proyek penambahan kapasitas kilang, nantinya kemampuan pengolahan akan bertambah dan semakin banyak jenis minyak yang bisa diolah.
Setidaknya ada dua lapangan minyak di Iran yang tengah dijajaki pengelolaannya oleh pemerintah Indonesia. Kedua lapangan itu adalah Ab-Teymour dan Mansouri. Selain itu, ada cadangan minyak atau proven reserve sebesar 3 miliar barel.
Wakil Menteri Energi Arcandra sebelumnya berujar, jika kerja sama itu terjadi, produksi dari dua lapangan tersebut akan sebesar 300 ribu barel per hari. Selain itu, ada pembicaraan lain dengan pihak Iran, yaitu soal impor liquefied petroleum gas (LPG).
Menurut Arcandra, sudah ada persetujuan antara Indonesia dan Iran terkait dengan impor LPG. Nantinya, impor LPG ini akan memenuhi sebesar 10 persen dari kebutuhan impor LPG. "Kami berharap maksimum sekitar 10 persen dari kebutuhan impor LPG," katanya beberapa waktu lalu.
BISNIS.COM | DIKO OKTARA