TEMPO.CO, Pekanbaru - Riau kekurangan 415 ribu ton beras setiap tahun karena banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit. Alih fungsi lahan membuat produksi beras wilayah provinsi itu jauh lebih sedikit dibanding kebutuhan masyarakatnya.
Baca: Sambut Raja Salman, Pemerintah Siapkan Tim Kebersihan Pantai
Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau Darmansyah mengatakan penduduk Riau membutuhkan sekitar 660 ribu ton beras setiap tahun tapi provinsi penghasil minyak kelapa sawit itu hanya bisa menghasilkan sekitar 245 ribu ton beras per tahun.
"Artinya kurang-lebih 60 persen beras Riau itu tergantung pada provinsi lain," ujar Darmansyah di Pekanbaru, Minggu, 26 Februari 2017.
Baca: Masuk Radar Investasi Ilegal OJK, Talk Fusion Urus Perizinan
Provinsi Riau, ia melanjutkan, mendapat pasokan beras dari wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Palembang untuk menutup kekurangan berasnya.
"Jika sentra penghasil terganggu pasokannya, misalkan ada bencana alam seperti gempa, maka puluhan truk yang tiap pagi membongkar (muatan beras) di Pekanbaru akan terhenti," katanya.
Dengan produksi beras yang masih jauh lebih rendah dari kebutuhan, Gubernur Riau menginstruksikan pelaksanaan gerakan makan sagu. Gerakan makan sagu bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada beras dan mengoptimalkan pemanfaatan sagu.
"Karena kita surplus produksi sagu 246 ribu ton setahun," kata dia.
Selain itu, Riau berencana mencetak sawah baru di beberapa wilayah sesuai instruksi Menteri Pertanian.
"Targetnya Menteri sudah minta di wilayah perbatasan Kuala Kampar dibuatkan lahan pertanian padi baru seluas 50 ribu hektare," katanya.
ANTARA