TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa pagi, 21 Februari 2017, naik dua poin menjadi Rp 13.358 per dolar Amerika Serikat. "Di tengah sentimen penguatan dolar Amerika di pasar kawasan Asia, mata uang rupiah masih bergerak stabil," kata ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Ia mengatakan sentimen dolar Amerika yang masih kuat di pasar eksternal diperkirakan dapat membatasi ruang penguatan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Apalagi pelaku pasar juga masih khawatir dengan situasi politik di dalam negeri menjelang putaran kedua pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Dari eksternal, ia menambahkan, notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai kebijakan suku bunga Amerika Serikat, yang sedianya dirilis pekan ini, juga masih menjadi perhatian investor.
Baca: Menanti Rapat The Fed, Kurs Rupiah Dibuka Melemah
Sementara analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan pernyataan pemerintah bahwa rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang masih berada di posisi aman menjadi salah satu faktor yang menjaga rupiah.
Bank Indonesia mencatat utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan empat 2016 sebesar US$ 317,0 miliar atau tumbuh dua persen (year-on-year). Berdasarkan jangka waktu asal, utang luar negeri jangka panjang tumbuh 1,1 persen (yoy), sementara utang luar negeri jangka pendek tumbuh 8,6 persen (yoy).
"Namun pelaku pasar diharapkan tetap mencermati data-data ekonomi lainnya, baik dari domestik maupun eksternal, yang dapat mengubah arah rupiah," kata Reza.
ANTARA