TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan hari ini diperkirakan akan melanjutkan pelemahannya. Menurut analis dari First Asia Capital, David Sutyanto, potensi pelemahan ini karena minimnya insentif positif, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Di tengah minimnya insentif positif, baik dari domestik maupun eksternal, IHSG diperkirakan bergerak pada posisi 4.610-4.680 di teritori negatif," ujar David dalam keterangan tertulis, Rabu, 24 Februari 2016.
Pada perdagangan saham kemarin, tekanan jual mendominasi, menyusul reaksi negatif pasar atas rencana pemerintah menurunkan bunga kredit hingga di bawah 10 persen akhir tahun ini. Selain itu, pergerakan pasar saham Asia kembali berada di teritori negatif setelah Cina menurunkan kurs referensi yuan.
Saham sektor perbankan menjadi saham sektoral yang terkoreksi tajam kemarin. IHSG akhirnya tutup dengan terkoreksi 54,566 poin (1,1 persen) di posisi 4.654,054. Ini posisi penutupan terendah IHSG sejak perdagangan 4 Februari lalu.
Baca: Pengamat: 2020, Ekonomi Indonesia Masuk Masa Emas
Faktor pemicu lain yang menekan sejumlah harga saham sektoral pada perdagangan kemarin adalah sentimen individual, seperti rilis laba 2015 sejumlah emiten yang di bawah perkiraan sebelumnya.
Sedangkan bursa global tadi malam terkoreksi menyusul tertekannya kembali harga minyak mentah. Indeks Eurostoxx di kawasan Euro melemah 1,6 persen di angka 2.887,38. Indeks DJIA dan S & P di Wall Street masing-masing koreksi 1,14 persen dan 1,25 persen di posisi 16.431,78 dan 1.921,27.
Harga minyak mentah tadi malam di Amerika Serikat terkoreksi 4,7 persen di angka US$ 31,82 per barel setelah pasar meragukan OPEC akan memotong produksinya. Menurut David, katalis yang menekan pergerakan pasar saham global tadi malam adalah meningkatnya kembali kekhawatiran pelemahan ekonomi Cina setelah bank sentral Cina (PBoC) kembali melemahkan yuan dan tertekannya kembali harga minyak mentah.
DESTRIANITA K.