TEMPO.CO, Jakarta - Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono, tertawa kecil sebelum memberikan pendapatnya mengenai ketidaksepahaman antara Menteri Perhubungan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara soal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
“Kalau tidak klop, harus dibikin klop. Karena ada pemimpinnya, ada menteri koordinator, ada presiden,” katanya dalam rekaman yang diunggah di kanal video pribadinya pada 5 Februari 2016. “Jadi bikin kloplah. Malu nanti kepada rakyat kalau menteri tidak kompak, bahkan berbenturan.”
Yudhoyono menganjurkan kedua menteri ini berbicara di publik dengan sinergi yang bagus. “Dan ada kalanya Presiden mesti bicara sendiri untuk betul-betul menegaskan hal itu berjalan sesuai dengan aturan,” ujarnya.
Video berdurasi 17 menit 24 detik itu ditutup dengan pesan-pesan SBY. “Saya rakyat biasa yang pernah mengalami memimpin negeri ini,” katanya. Ia melanjutkan, memimpin tidak mudah. Selalu ada kecurigaan. Seperti anggapan orang tentang korupsi atau pemimpin yang menyimpang.
“Masyarakat tidak boleh cepat menuduh,” ujarnya. Sebaliknya, ia juga meminta pemerintah menepati mekanisme. “Kalau rakyat ada yang curiga, jelaskan dengan baik.”
Beda pendapat antara Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, misalnya, pada 20 Oktober 2015. Jonan menyatakan biaya membangun kereta cepat sangat mahal. Sedangkan pemerintah ingin fokus membangun kereta di luar Jawa, seperti Sulawesi, yang belum punya transportasi kereta api.
Menteri Rini berfokus pada kereta cepat Jakarta-Bandung. Proyek ini digarap murni untuk kepentingan bisnis yang tinggal menunggu izin dari Jonan.
REZKI ALVIONITASARI