TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan impor Indonesia pada September 2015 mencapai US$ 11,51 miliar, atau turun 7,16 persen dibanding Agustus pada tahun yang sama. Dibandingkan September tahun lalu, nilainya juga menyusut sebanyak 25,95 persen. “Ekspor kita turun, tapi impor juga turun lebih dalam,” kata Kepala BPS Suryamin di kantornya, Kamis, 15 Oktober 2015.
Suryamin mengatakan, sejak Januari hingga September, impor Indonesia mencapai US$ 107,94 miliar atau turun sebesar 19,67 persen dibanding periode yang sama tahun 2014. Kumulatif nilai impor terdiri atas impor migas sebesar US$ 19,41 miliar, turun 41,21 persen; dan nonmigas sebesar US$ 88,53 miliar, turun 12,65 persen.
Untuk impor migas September 2015 mencapai US$ 1,91 miliar, turun 9,29 persen dibandingkan Agustus 2015. Jika dibandingkan dengan September tahun lalu, nilainya turun sebesar 47,63 persen.
Ekspor minyak mentah naik sebesar 10,54 persen, dengan volume naik 20,3 persen. Sedangkan hasil minyak turun 14,55 persen, dengan volume turun 8,04 persen; serta gas turun 41,14 persen, dengan volume turun 33,7 persen. “Penurunan impor hasil minyak ini menandakan sudah dilakukan efisiensi,” ujar Suryamin.
Adapun impor nonmigas bulan ini mencapai US$ 9,6 miliar, turun 6,72 persen jika dibandingkan Agustus 2015; dan turun 19,29 persen dari tahun lalu pada periode yang sama. “Terjadi penurunan pada tujuh komoditas pada sepuluh sektor terbesar,” tutur Suryamin.
Tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar adalah Cina dengan share 24,28 persen senilai US$ 21,49 miliar. Kemudian Jepang dengan share 11,52 persen sebanyak US$ 10,2 miliar. Lalu Singapura dengan share 7,5 persen sebesar US$ 6,64 miliar.
MAYA AYU PUSPITASARI