TEMPO.CO, Jakarta - Edi Susianto, Direktur Pengelolaan Moneter Bank Indonesia mengatakan pasar keuangan Indonesia mengalami tekanan besar sejak tahun 2013-sekarang, setelah dihantam krisis di tahun 2008.
Edi menilai hal itu dikarenakan kurangnya persiapan untuk merespon shock dari dalam maupun luar negeri. “Pasar keuangan kita masih jauh dari posisi likuid, efisien, dan dalam,” ujarnya ketika mengisi sesi seminar bertema pendalaman finansial, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin 7 September 2015.
Selain itu, Edi juga menilai struktur pasar bursa nasional masih tidak seimbang. Kurangnya sisi suplai terlihat dari fakta bahwa hampir 80 persen pasar bursa Indonesia diisi oleh spot market yang rentan akan guncangan. Sementara itu, transaksi antar bank juga didominasi oleh transaksi yang tidak aman. "Hanya 15-20 bank yang tercatat telah berkomitmen mengembangkan transaksi REPO (Repurchase Agreement), sedangkan 100-an sisanya masih belum," katanya.
Baca Juga:
Karena itulah, kata Edi, Bank Indonesia memiliki perhatian yang besar terhadap upaya pendalaman finansial. Ketidakseimbangan dalam suplai dana, menurut Edi, menjadi tantangan bagi stakeholder terkait, termasuk Bank Indonesia. Semua pihak, kata dia, harus bekerjasama untuk memperkecil tingkat kerentanan pasar.
GHOIDA RAHMAH