Negara Asia Tenggara yang memiliki porsi utang yang cukup besar dalam yen diperkirakan tak akan goncang akibat penguatan mata uang ini. "Dampaknya relatif kecil," ujar Ekonom Utama Regional Bank Dunia kawasan Asia Timur, Vikram Nehru, pada telekonferensi pers di Kantor Bank Dunia di Indonesia, hari ini.
Menurut dia, tekanan besar dapat terjadi dalam jangka pendek atas utang yang jatuh tempo. Namun periode penguatan ini diramalkan akan kembali ke tingkat semula setelah Jepang memulai proses rekonstruksi. "Penguatan tak akan berlanjut, hanya untuk satu-dua kuartal saja."
Proses rekonstruksi Jepang diperkirakan akan menyerap banyak dana asing. Ketika aliran dana masuk ke Jepang membanjir, maka yen akan terdepresiasi ke level semula.
Menurut catatan Bank Dunia, seperempat utang jangka panjang Asia Timur berdominasi yen. Porsi utang tertinggi dipegang Thailand sebesar 60 persen sementara terendah dipegang Cina sebesar 8 persen.
Satu persen apresiasi yen berarti peningkatan kurang-lebih US$ 1 miliar dalam utang tahunan untuk aset dalam yen yang dimiliki negara-negara berkembang di Asia Timur
ANTON WILLIAM