TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat energi Pri Agung Rakhmanto mengatakan PT Pertamina (Persero) masih bisa melakukan efisiensi terhadap alpha elpiji. Ia menjelaskan, asumsi elpiji Aramco US$ 500-515 per ton, pajak pertambahan nilai (ppn) 10 persen dan alpha elpiji 40 persen. Dengan demikian, harga keekonomian Rp 7.500-7.750 per kilogram sehingga perkiraan kerugian Pertamina sekitar Rp 1.750-2.000 per kilogram.
Menurut Agung, jika Pertamina menekan alpha elpiji melalui efisiensi biaya transpor, penyimpanan, distribusi, dan margin, maka kerugiannya bisa lebih kecil. "Alpha 40 persen itu tinggi sekali, semestinya di bawah 25 persen," kata Agung dalam pesan pendeknya kepada Tempo, Jumat (7/8).
Sebab, lanjutnya, harga produk elpiji, sebelum ditambahkan biaya lain-lain, tidak lebih dari Rp 5.000 per kilogram.
Ia menanggapi usulan Pertamina kepada pemerintah untuk menaikkan kembali harga elpiji 12 kilogram.
Saat ini, elpiji 12 kilogram dihargai Rp 5.250 per kilogram. Pertamina ingin menaikkan harga karena harga itu dinilai lebih rendah daripada harga keekonomian. Namun, sampai sekarang pemerintah belum menyetujui usul tersebut.
NIEKE INDRIETTA