TEMPO.CO, Jakarta -Besarnya populasi warga negara Indonesia dan rendahnya infrastruktur yang dibangun membuat perusahaan teknologi raksasa seperti Siemens AG berupaya merebut pasar di dalam negeri. Perusahaan asal Jerman ini mengandalkan teknologi canggih kepada pemerintah sebagai tawaran kerja sama.
Hingga tahun lalu total investasi Siemens di Indonesia mencapai US$ 200 juta. “Nilai investasi kami akan meningkat setelah Presiden Joko Widodo datang ke Siemens pusat, April tahun lalu,” kata Chief Executive Officer Siemens Indonesia, Josef Winter. Siemens memulai kegiatan usaha di Tanah Air sekitar 20 tahun lalu. Saat ini perusahaan mempekerjakan 1.500 karyawan dengan pendapatan penjualan mencapai US$ 263 juta.
Kepada Andi Ibnu dari Tempo, beberapa waktu lalu, Josef menjelaskan berbagai proyek yang bakal dikerjakan Siemens dalam waktu dekat. Berikut ini petikannya.
Selama ini Siemens identik dengan proyek listrik, apakah ada proyek lain yang diincar dalam waktu dekat?
Megaproyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt menjadi fokus kami. Tapi saat ini kami sudah siap-siap membangun kereta cepat (light railways transit/LRT) di Indonesia.
Apa yang akan dibangun Siemens dalam proyek LRT?
Saat ini saya belum bisa berikan informasi terperinci. Yang pasti, partisipasi bakal sesuai dengan kemampuan kami, misalnya urusan energi dan teknologi mobilitas.
Sudah ajukan proposal resmi?
Sudah. Kami ajukan proposal ke pemerintah saat pertemuan G-20 digelar di Jerman. Perkembangannya hingga kini sudah amat baik dan positif. Kami tinggal menunggu keputusan PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Bagaimana dengan megaproyek pembangkit listrik tenaga gas seperti di Mesir, sudah ada rencana menerapkan di Indonesia?
Kami terus upayakan. Anda pernah melihat langsung proyek itu kan? Sangat besar dan cepat sekali bukan? Selain teknologi canggih, kami menawarkan kecepatan bekerja, asalkan pemerintah memberi dukungan penuh. Kami juga akan menyerahkan pengelolaan sepenuhnya ke pemerintah dalam kurun tertentu.
Selain proyek pembangkit besar, bagaimana Anda melihat kompetisi di proyek pembangkit kecil dan kontraktor listrik swasta (IPP)?
Target pembangunan listrik pemerintah sangat ambisius dan harus dikerjakan dalam waktu cepat. Saya yakin pemerintah bakal berkomitmen mencapainya. Soal menarik atau tidak, itu menjadi tantangan semua pihak. Kami di industri ingin semua urusan sarana dan prasarana sudah beres sebelum kami benar-benar bangun. Soalnya tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi.
Apa saran Siemens agar IPP lebih mudah dan atraktif?
Saya tidak bisa secara gambang menyebutkan. Tapi kemudahan memang tantangannya di situ. Ibarat memulai perjalanan, harus ada keinginan yang kuat dari dalam untuk memulai. Buat kami, asal feasible, pasti kami coba bangun. Kami tawarkan teknologi canggih kami yang memang agak mahal di depan tapi akan membuat biaya lebih murah akhirnya.
Wawancara lengkap dimuat di Koran Tempo, edisi Senin, 4 Semptember 2017 di rubrik Ekonomi Bisnis.