Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

BI Ingatkan Perbankan Waspadai Ekonomi AS

image-gnews
Ilustrasi menghitung uang. shutterstock.com
Ilustrasi menghitung uang. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) berupaya menjaga kondisi likuiditas perbankan agar tetap longgar. Berdasarkan catatan BI likuiditas perbankan Indonesia saat ini cukup, tampak dari rasio kecukupan modal (CAR) yang berada di level 22-23 persen.

"Kondisi likuiditas cukup banyak sekali, salah satunya kita lihat dari operasi moneter di mana jumlah dana yang ditanam perbankan sekarang sekitar Rp 430 triliun cadangannya," ujar Deputi Gubernur BI, Erwin Rijanto, dalam Seminar Nasional Stabilitas Sistem Keuangan, di The Anvaya Hotel, Kuta, Bali, Kamis, 4 Mei 2017.

Meskipun demikian, Erwin mengatakan terdapat risiko likuiditas global yang perlu diwaspadai terkait kebijakan perekonomian Amerika Serikat (AS). Di antaranya rencana menaikkan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau Fed Funds Rate sebanyak dua kali lagi tahun ini, serta rencana normalisasi neraca (balance sheet) AS.

Baca: Bank Indonesia Tahan Suku Bunga 4,75 Persen

"Dulu AS mengatasi permasalahan krisis dengan melakukan quantitative easing, kalau balance sheet dikeluarkan kembali otomatis mereka akan melepaskan surat berharga yang dimiliki The Fed," katanya.

Hal itu akan mempengaruhi kondisi perekonomian nasional, terutama jika perbankan dan korporasi Indonesia terlalu banyak melakukan pinjaman di luar negeri. Sebab, ketika AS menjalankan kebijakannya tersebut, likuiditas global kata Erwin akan mengering dan seluruh dana kembali ke AS.

Baca: BI Catat Rata-rata Suku Bunga Kredit di Level 11,9 Persen

Erwin menuturkan untuk memitigasi risiko tersebut, BI telah menempuh sejumlah langkah di antaranya mengeluarkan ketentuan terkait dengan kehati-hatian dalam melakukan pinjaman luar negeri. "Yang boleh pinjam harus perusahaan dengan rating baik, untuk jumlah pinjaman tertentu harus melakukan hedging."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, menurut Erwin tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan sehubungan dengan dampak kebijakan ekonomi AS tersebut. Terlebih, kondisi perekonomian domestik kini sudah lebih kuat dan stabil.

"Beberapa kali The Fed menaikkan suku bunga, BI nggak perlu ikut mengubah 7 Days Repo Rate, kurs jadi turun karena capital inflow yang malah meningkat," ucapnya.

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Filianingsih Hendarta mengatakan status stabilitas sistem keuangan di bawah protokol manajemen krisis BI saat ini masih sangat aman. Indikator dalam protokol itu di antaranya adalah tekanan nilai tukar rupiah dan tabilitas sistem keuagan. "Semua statusnya masih hijau," ujarnya.

Menurut Fili, jika dibandingkan dengan likuiditas perbanka negara lain seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand, perbankan Indonesia sangat memadai. "Kenapa CAR kita tinggi karena kita belajar dari krisis di masa lalu, sehingga perbankan kita cukup kuat, permodalan tinggi dan likuiditas ample."

Fili menjelaskan salah satu ketentuan terbaru BI untuk memudahkan perbankan mengelola likuiditas adalah menetapkan Giro Wajib Minimum (GWM) Averaging pada Juli mendatang. Saat ini perbankan wajib menyetorkan GWM senilai 6,5 persen kepada BI, di mana 1,5 persen dari jumlah itu akan diberikan kewenangan untuk mengatur secara rata-rata.

"Jadi dia tidak harus setiap hari menjaga 6,5 persen, tapi tidak boleh juga kurang dari 5 persen, jadi yang tadinya untuk GWM bisa dia gunakan untuk yang lain," katanya. Sehingga perbankan diharapkan dapat memiliki kelonggaran likuiditas dan secara keseluruhan mendorong pendalaman pasar keuangan.

GHOIDA RAHMAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

11 jam lalu

Sebuah truk melintas di antara peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat 18 Agustus 2023. Pemerintah merencanakan pendapatan negara sebesar Rp2.781,3 triliun, yang terdiri dari penerimaan perpajakan Rp2.307,9 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp473,0 triliun, serta hibah sebesar Rp0,4 triliun. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.


Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

1 hari lalu

Ilustrasi mata uang Rupiah. Brent Lewin/Bloomberg via Getty Images
Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.


Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

1 hari lalu

Karyawan tengah menghitung uang pecahan 100 ribu rupiah di penukaran valuta asing di Jakarta, Rabu, 28 Februari 2024. Rupiah ditutup melemah mendekati level Rp16.000 hari ini. TEMPO/Tony Hartawan
Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.


Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

1 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ke tiga kiri) bersama Senior Deputi BI Destry Damayanti (ketiga kanan) dan jajaran Deputi BI (kiri-kanan) Aida S. Budiman, Doni Primanto Joewono, Juda Agung dan Filianingsih Hendarta saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di gedung BI, Jakarta, Kamis, 19 Oktober 2023. Suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) naik menjadi 6 persen. Tempo/Tony Hartawan
Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.


IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

1 hari lalu

Pengunjung melihat layar pergerakan Index Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa 16 April 2024. Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG ambruk 2,15% ke posisi 7.130,27. Selang 12 menit setelah dibuka, IHSG berhasil memangkas koreksinya sedikit menjadi anjlok 2,06% menjadi 7.136,796. TEMPO/Tony Hartawan
IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.


Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

1 hari lalu

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.


Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

1 hari lalu

Alipay Wallet. REUTERS
Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.


Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

1 hari lalu

Karyawan menunjukkan uang pecahan 100 dolar Amerika di penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa 16 April 2024, Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga menembus level Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah libur Lebaran 2024. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan adanya sejumlah perkembangan global saat libur Lebaran. TEMPO/Tony Hartawan
Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.


Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

1 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersama jajaran Deputi Bank Indonesia saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Februari 2024 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu 21 Februari 2024. Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability. TEMPO/Tony Hartawan
Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.


Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

1 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di gedung BI, Jakarta, Kamis, 19 Oktober 2023.  Suku bunga Deposit Facility juga naik menjadi 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75 persen. Tempo/Tony Hartawan
Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).