TEMPO.CO, Chicago - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange mencatat kenaikan kuartalan sekitar 8,4 persen pada Jumat, 31 Maret 2017 (Sabtu pagi, 1 April 2017 WIB), menandai kuartal terbaik dalam satu tahun terakhir.
Harga emas menguat akibat ketidakpastian atas rencana pajak dan investasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump, serta pemilu di Eropa yang memicu permintaan untuk emas sebagai aset "safe haven".
Harga emas berbalik naik (rebound) dari kerugian awal setelah dolar AS berbalik datar, menyusul pernyataan pejabat-pejabat Federal Reserve yang tampak dovish dan data membosankan tentang ekonomi AS yang meredakan suasana optimistis dari awal pekan ini.
Baca : Desa Bisa Maju, Gubernur NTB: Ini Syaratnya
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Juni naik US$ 3,2 atau 0,26 persen, menjadi US$ 1.251,2 per ounce.
Tren perdagangan untuk logam mulia terjadi ketika indeks dolar AS, ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang rival, diperdagangkan sedikit berubah untuk sesi Jumat, tapi turun sekitar 1,8 persen untuk kuartal pertama.
Komoditas-komoditas yang diperdagangkan dalam dolar AS mencatatkan kinerja berbanding terbalik dengan dolar AS, sehingga pergerakan dalam unit AS dapat mempengaruhi daya tarik komoditas tersebut untuk pemegang mata uang lainnya.
Baca : Proyek Pelebaran Jalan di Sumbar Diprediksi Rampung Mei
“Yang paling penting tentang kenaikan untuk emas Pemilu Prancis yang kian dekat, inflasi di tertinggi lima tahun dan kekecewaan investor dengan Federal Reserve," kata Adrian Ash, kepala penelitian di BullionVault.
Perak untuk pengiriman Mei naik 5 sen, atau 0,27 persen, menjadi ditutup pada US$ 18,256 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun US$ 3,3 atau 0,35 persen, menjadi US$ 952,4 per ounce.
ANTARA