TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan industri nonmigas mampu menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 18 persen pada kuartal ketiga tahun 2016. "Tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya," ujarnya pada acara CIMB Niaga Economic Forum 2017 seperti dikutip dari keterangan pers di Jakarta, Kamis, 26 Januari 2017.
Airlangga menjelaskan, industri nonmigas berperan penting dalam mendorong perekonomian yang inklusif. Sebagai penggerak utama laju pertumbuhan, menurut dia, industri akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.
Lebih jauh Airlangga menyebutkan kontribusi industri nonmigas tersebut akan menjadi lebih tinggi bila digabung dengan sumbangan dari jasa industri, sekitar 12 persen, sehingga totalnya bisa mencapai 30 persen. “Di tengah pelemahan ekonomi dunia saat ini, kami berupaya dapat meningkatkan kontribusi industri nonmigas pada PDB hingga 20 persen,” kata Airlangga.
Kemenperin memprioritaskan pengembangan 11 sektor industri unggulan. Kesebelas sektor industri itu meliputi industri makanan dan minuman; industri farmasi, kosmetik dan alat kesehatan; industri tekstil, kulit, alas kaki dan aneka; industri alat transportasi; industri logam dasar dan bahan galian bukan logam.
Selain itu ada industri elektronika dan telematika; industri kimia dasar berbasis migas dan batubara; industri hulu agro; industri pembangkit energi; industri barang modal, komponen, bahan penolong dan jasa industri; serta industri IKM di bidang kerajinan dan kreatif.
Industri makanan dan minuman memberikan kontribusi terbesar ke PDB mencapai Rp 540 triliun, disusul industri elektronika dan logam sebesar Rp 334 triliun, sudah termasuk nilai tambah material atau mineral. Kontribusi selanjutnya diikuti oleh industri alat transportasi Rp 182 triliun, industri farmasi Rp 164 truliun, serta industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka Rp 112 triliun. Industri barang modal, komponen, dan industri pembangkit listrik sebesar Rp 45 triliun.
Enam kebijakan prioritas industri nasional pada 2017 meliputi penguatan SDM melalui vokasi industri, pendalaman struktur industri lewat penguatan rantai nilai industri. Selain itu prioritas industri nasional melalui pengembangan industri padat karya dan berorientasi ekspor, pengembangan IKM lewat platform digital, pengembangan industri berbasis sumber daya alam dan pengemabangan perwilayahan industri.
Hingga sejauh ini, perkembangan hilirisasi industri berbasis logam, mencakup 32 perusahaan dengan total nilai investasi US$ 16,3 miliar di 22 kabupaten/kota dan 11 provinsi. Kelanjutan dari 32 proyek tersebut, yaitu sebanyak 23 proyek sudah 100 persen selesai, empat proyek sekitar 80 persen, satu proyek 60 persen, dan empat proyek adalah pilot project. Sedangkan perkembangan hilirisasi industri berbasis agro mencakup 21 perusahaan, total nilai investasi US$ 3,47 miliar di sembilan provinsi.
Dari 21 proyek, sebanyak 16 proyek sudah selesai 100 persen dan lima proyek masih dalam tahap perencanaan. Untuk perkembangan hilirisasi industri berbasis migas dan batubara, yakni ada sembilan perusahaan dengan total nilai investasi US$ 15,35 miliar di enam provinsi. Dari sembilan proyek, sebanyak empat proyek sudah berjalan 40 persen dan lima proyek dalam tahap perencanaan.
ANTARA