TEMPO.CO, Jakarta - PT Petrokimia Gresik (Petrogres), anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero), mendukung rencana pembangunan pabrik pengolahan mineral atau smelter PT Freeport Indonesia di kawasan industri Petrogres. Sebab, menurut Direktur Utama PT Petrokimia Gresik Nugroho Christijanto, hasil samping smelter, yaitu asam sulfat, dapat dimanfaatkan perusahaan sebagai bahan baku pupuk NPK.
Karena itu, kata Nugroho, Petrogres siap menyerap asam sulfat hasil samping smelter Freeport Indonesia. "Dengan demikian, secara tidak langsung, Freeport turut berperan dalam memperkuat kedaulatan pangan nasional,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Kamis, 5 Januari 2017.
Nugroho mengatakan industri petrokimia di kawasan industri Petrokimia Gresik bisa memanfaatkan asam sulfat yang dihasilkan dari proses pemurnian tembaga Freeport sebagai bahan baku produksi. Jika asam sulfat tidak diolah lebih lanjut, dapat berpotensi menjadi limbah. Penanganannya cukup sulit dan bisa berdampak terhadap lingkungan. Namun hal ini tidak akan menjadi masalah jika proyek smelter dibangun di kawasan industri Petrokimia Gresik.
Baca: Berikut Proyek Infrastruktur yang Dielelang Tahun Ini
Nugroho menambahkan, rencana proyek smelter Freeport dengan kapasitas hasil samping asam sulfat 2 juta ton per tahun di kawasan industri Petrokimia Gresik berpotensi dapat dioptimalisasikan dan diintegrasikan dengan pabrik smelter eksisting milik PT Smelting.
Baca Juga:
Petrogres telah menyediakan 80 hektare lahan untuk lokasi pembangunan smelter Freeport sesuai dengan perjanjian sewa tanah antara Petrogres dan Freeport per Juni 2015. Saat ini, lahan tersebut telah tersedia, baik dari aspek teknis maupun legalitas.
Selain lahan, Petrogres memiliki infrastruktur pendukung, seperti pelabuhan untuk membongkar peralatan berat, ketersediaan pasokan air industri melalui proyek uprating atau peningkatan kapasitas air, dan berbagai sarana pendukung lain yang sudah tersedia.
“Ketersediaan lahan, legalitas, infrastruktur yang lengkap, kepastian serapan hasil produksi sampingan, serta multiplier effect adalah poin penting mempercepat proses pembangunan smelter,” ujar Nugroho.
Baca: Harga Cabai Tembus Rp 200 Ribu, Darmin: Luar Biasa Sekali
Sekretaris Perusahaan PT Petrokimia Gresik Wahyudi mengatakan smelter Freeport diperkirakan menghasilkan sekitar 2 juta ton asam sulfat per tahun sebagai hasil produksi sampingan dari proses produksi konsentrat tembaga. Sementara Petrogres saat ini menggunakan 2,23 juta ton asam sulfat per tahun dalam proses produksi. Sebanyak 980 ribu ton asam sulfat berasal dari hasil produksi sampingan PT Smelting, 1,17 juta ton diproduksi Petrogres, dan 82 ribu ton asam sulfat diimpor.
Asam sulfat merupakan salah satu bahan baku produksi pupuk. Kapasitas produksi Petrogres saat ini mencapai 7,73 juta ton per tahun dan rencananya ditingkatkan menjadi 8,96 juta ton per tahun pada 2017.
Peningkatan kapasitas produksi tersebut meningkatkan kebutuhan asam sulfat Petrogres, terutama untuk menunjang rencana pembangunan pabrik NPK Phonska V berkapasitas 600 ribu ton per tahun. “Asam sulfat dari Freeport tidak hanya digunakan Petrogres, melainkan akan digunakan pabrik-pabrik lain di bawah PT Pupuk Indonesia (Persero),” kata Wahyudi.
SETIAWAN ADIWIJAYA