TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang pertemuan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed), laju mata uang dunia cenderung bergerak variatif dengan kisaran tipis terhadap dolar Amerika Serikat. Tak terkecuali kurs rupiah.
Kepala riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan hal tersebut menggambarkan keadaan pelaku pasar yang cenderung wait and see hingga keputusan The Fed keluar. Termasuk rupiah yang berfluktuasi di kisaran sempit menjelang pertemuan FOMC.
Baca Juga:
"Pelaku pasar memperkirakan, The Fed belum akan menaikkan suku bunga AS bulan ini seiring dengan masih belum kuatnya data-data ekonomi AS," kata Reza Priyambada dalam pesan tertulisnya, Rabu, 21 September 2016.
Dari dalam negeri, investor sedang menanti arah kebijakan Bank Indonesia. BI akan mengadakan rapat dewan gubernur pada 21-22 September 2016.
Dalam perdagangan kemarin, rupiah bergerak cenderung menguat, dipicu oleh munculnya rasa pesimisme pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga AS, sehingga menjadi faktor penguatan rupiah.
Sementara itu, dari domestik, peningkatan yang terus terjadi terhadap penyerapan dana tax amnesty turut berkontribusi terhadap penguatan rupiah. Reza memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak dalam rentang support 13.165 serta resistan di level 13.125 per dolar AS. Angka tersebut menguat dibandingkan dengan kurs tengah rupiah di Bank Indonesia kemarin sebesar 13.142 per dolar AS.
DESTRIANITA