TEMPO.CO, Lamongan - Petani tebu di Kabupaten Lamongan berharap pabrik gula yang beroperasi di daerah ini bisa memberi modal untuk kontrak lahan dan operasional. Alasannya, selain masa paceklik akibat cuaca, petani masih ragu-ragu sawahnya ditanami tebu. "Kami berharap pabrik tebu bisa beri pinjaman modal,” ujar petani tebu, Kacung Purwanto, di Pabrik Gula PT Kebun Tebu Mas (KTM), Kecamatan Ngimbang, Lamongan, Kamis sore, 11 Agustus 2016.
Menurut dia, kondisi cuaca labil tahun ini membuat petani tebu di Lamongan, Tuban, Bojonegoro, dan Gresik merugi. Umur tanaman tebu di atas delapan bulan, juga membuat petani lebih memilih sawahnya untuk ditanami padi dan palawija. Selain putaran uang cepat, risiko tanahnya mudah mengolah, jika dibanding bekas tanaman tebu, di mana harus diolah sehingga bisa subur kembali. Wajar jika kemudian, petani banyak yang tidak menanam tebu.
Purwanto melanjutkan, petani harus diberi perangsang untuk bisa menanam tebu. Itu sebabnya dia menyatakan petani berharap pabrik gula perlu memberikan modal setidaknya untuk kontrak lahan dan juga operasional seperti beli bibit, pupuk, perawatan, hingga panen. ”Ini salah satu cara petani tanam tebu,” ujar pengurus Koperasi Tebu Lamongan ini. Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Lamongan juga telah menyediakan lahan gersang sekitar 18.500 hektare untuk ditanami tebu.
Ahli tebu Adiq Suwandi mengatakan jika pabrik gula memberi pinjaman modal untuk lahan seluas 10 ribu hektare, tentu bisa memenuhi kebutuhan tebu setidaknya saat giling. Lahan bisa didapat dari petani di empat kabupaten itu. Yang juga penting, perusahaan juga bisa memberi kemudahan fasilitas lain. Misalnya, memberikan pupuk petani tebu, yang bahan bakunya diambil dari blotong (limbah tebu).
Direktur Operasional PT KTM Lamongan, Agus Susanto mengatakan tengah mengkaji usulan pinjaman modal ke petani tebu. Sebagai hitungan awal, biaya untuk operasional tanaman tebu sebesar Rp 31 juta per hektare, termasuk sewa lahan, pupuk, perawatan, hingga panen. “Kami tengah mengkaji itu,” tegasnya di pabrik KTM Lamongan, Kamis sore, 11 Agustus.
Dia menambahkan, perusahaannya sedang melaksanakan uji coba giling pada 2016 ini. Nantinya uji coba ini akan menjadi tantangan perusahaan untuk proses selainnya. Misalnya, dengan lahan seluas 80 hektare—di antaranya 40 hektare untuk bangunan—, sudah hampir selesai. Perusahaan juga memberi kemudahan buat petani, seperti pembelian dan pembayaran dilakukan dua kali dalam satu pekan dengan harga tinggi. ”Pembayaran cepat, tentu membantu petani,” katanya.
SUJATMIKO