TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Sudirman Said hari ini melepas 120 patriot energi untuk mengabdikan diri ke wilayah terpencil di 39 provinsi di Indonesia. Menurut Menteri Sudirman Said, patriot energi yang dilepas hari ini merupakan batch kedua, setelah sebelumnya mereka telah mengirimkan sebanyak 80 pemuda patriot energi untuk di kirim ke 60 desa di pelosok Indonesia.
“Mereka itu betul-betul pelopor dan mereka belum mempunyai bayangan di lapangan. Nantinya mereka tidak hanya mengidentifikasi pelosok namun menjadi mata dan telinga Kementerian ESDM,” ujar Sudirman Said di Kantor Kementerian ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan 18, Jakarta, Sabtu, 16 Juli 2016.
Mereka yang telah berangkat pada feedback pertama menjadi gambaran bagi Kementerian ESDM untuk mempersiapkan patriot energi yang kedua. Karena itu banyak dari mereka yang telah mengabdi pada batch pertama kembali bergabung pada batch kedua untuk terus melakukan pendampingan. Padahal di wilayah mereka akan ditempatkan benar-benar sulit, akses komunikasi terbatas karena sinyal belum menjangkau pelosok, bahkan untuk berpindah dari wilayah di wilayah lain mereka harus berjalan kaki karena alat transportasi yang belum memadai.
Tenaga ahli Kementerian ESDM Tri Mumpuni mengatakan 120 sarjana terbaik itu telah melewati uji akademis dan fisik sebelum mereka ditempatkan. Dari sejumlah pemuda itu, akan ditempatkan di 105 desa, diantaranya sebanyak 26 orang di desa wilayah Sumatera, 24 anak di wilayah pelosok Kalimantan, 25 orang di pelosok Sulawesi, dan sisanya 30 orang akan ditempatkan di wilayah terpencil di Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
“Mereka telah mengikuti pelatihan dua bulan, survival di gunung burangrang, tanpa membawa bekal mereka hidup mencari makan sendiri,” ujar Tri Mumpuni.
Di tempat belajar survival itu para patriot mendapatkan pelajaran tentang energi terbarukan, sehingga mereka memahami dan mampu memberikan solusi bagi masyarakat di tempat mereka mengabdi. “Ada empat kompetensi yang diajarkan sebelum mereka ke lapangan, yakni pendidikan, perjuangan, berjuang di masyarakat, dan keikhlasan,” kata Tri Mumpuni.
DESTRIANITA