TEMPO.CO, Jakarta – Pada perdagangan akhir pekan ini, yang sekaligus menandai awal Juli dan libur panjang pekan depan, indeks harga saham gabungan atau IHSG diperkirakan bergerak bervariasi dalam rentang terbatas.
Analis Ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, memperkirakan, IHSG bergerak dengan support di 4980 dan resisten di 5030 rawan koreksi. "Penguatan IHSG akan rawan terhenti akibat aksi ambil untung jangka pendek setelah mengalami kenaikan dalam 4 hari perdagangan berturut-turut," ujar David Sutyanto, Jumat, 1 Juli 2016.
IHSG pada perdagangan akhir Juni kemarin melanjutkan tren bullish yang berhasil menembus level 5000 untuk pertama kalinya sejak perdagangan 8 Juni 2015, yakni ditutup di 5016,647, menguat 36,542 poin (0,7 persen).
Nilai transaksi di Pasar Regiuler mencapai Rp 6,5 triliun. Pembelian bersih asing pun berlanjut, mencapai Rp 1,74 triliun. Menurut David, rendahnya risiko pasar saham global dan kawasan serta optimisme keberhasilan program tax amnesty telah mendorong akumulasi beli pemodal.
Sepanjang Juni, IHSG berhasil menguat 4,6 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada Juni lalu menguat 3,2 persen di Rp 13.180. Sedangkan bursa saham global tadi malam kembali melanjutkan rally untuk 3 hari perdagangan berturut-turut pasca-tekanan jual di awal pekan ini, menyusul keluarnya Inggris dari UE (Brexit).
Indeks Eurostoxx di kawasan Uni Eropa tadi malam menutup akhir Juni dengan penguatan 1,15 persen di 2864,74. Di Wall Street, indeks saham utama DJIA dan S&P masing-masing menguat 1,33 persen dan 1,36 persen di 17929,99 dan 2098,86. Indeks DJIA dan S&P sepanjang Juni lalu berhasil menguat, masing-masing 0,8 persen dan 0,09 persen. Indeks The MSCI Emerging Market tadi malam melanjutkan rally naik 1,5 persen di 834,10. Sedangkan harga minyak mentah tadi malam di Amerika Serikat koreksi 3 persen di US$ 48,40 per barel. Sepanjang Juni, harga minyak mentah koreksi 0,9 persen, setelah bulan sebelumnya naik 6,22 persen.
Pasar kembali memburu aset berisiko sepanjang tiga sesi perdagangan terakhir pasca-tekanan jual akibat Brexit, terutama dipicu optimisme atas sejumlah komitmen bank sentral dunia untuk melonggarkan kembali kebijakan moneternya mengantisipasi dampak pemburukan ekonomi global pasca-keluarnya Inggris dari UE. ECB kemarin mengeluarkan pernyataan akan melonggarkan aturan pembelian obligasi dalam program stimulusnya. Sedangkan bank sentral Inggris atau BoE akan melonggarkan kebijakan moneternya bulan ini.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI