TEMPO.CO, Paris - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Asmawi Syam mengaku pasrah atas tertundanya peluncuran satelit BRIsat. Menurut dia, persoalan yang terjadi disebabkan oleh faktor teknis dan hal lain di luar kekuasaannya. "Soal antariksa, ada istilah space humble. Kita harus tahu bahwa untuk persoalan antariksa, kita harus merendah di hadapan Yang Kuasa," kata dia di Hotel Four Seasons, Paris, Prancis, Selasa, 7 Juni 2016.
Peluncuran BRisat, yang sedianya berlangsung di Kourou, Guyana Prancis, pada 8 Juni 2016, tertunda lantaran roket Ariane 5, yang akan membawanya ke orbit, bermasalah. Roket tersebut diketahui mengalami anomali pada komponen penghubung alias fluid connector, yang menjembatani tatakan satelit dan komponen cryogenic upper stage pada roket Ariane 5.
Asmawi mengatakan manajemen BRI dan Arianespace hingga kini menggelar rapat maraton untuk memecahkan masalah ini. Namun Asmawi mengaku lega lantaran para teknisi Arianespace sudah mengetahui masalah dan menemukan solusinya. "Dengan demikian, penundaan peluncuran tidak terlalu lama," ujarnya.
Juru bicara Arianespace, Isabel Veillon, mengatakan butuh waktu 5-10 hari untuk memperbaiki Ariane 5. Dia pun mengatakan satelit BRIsat dalam kondisi aman di area peluncuran. "Satelitnya tidak rusak," ucapnya. BRIsat, yang menelan investasi Rp 3,375 triliun, akan mengorbit di langit Papua menggantikan satelit milik Indosat yang sudah kedaluwarsa.
Satelit buatan Space System Loral Amerika Serikat ini bisa menghemat beban operasi BRI hingga 40 persen atau sekitar Rp 200 miliar. Selama ini, BRI menyewa satelit berkapasitas 23 transponder dari pihak lain dengan biaya Rp 500 miliar per tahun.
FERY FIRMANSYAH (PARIS)