TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan perlu ada penekanan pada aspek konstitusi dan reformasi struktural untuk merespons kondisi dunia yang terus menunjukkan pelemahan.
"Semuanya harus berkoordinasi untuk merespons kondisi dunia yang terus menunjukkan pelemahan," kata Agus di kantornya pada Jumat, 4 Maret 2016. Menurut Agus, selama pertemuan G-20 di Shanghai, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral sepakat bahwa penggunaan sumber di aspek moneter dirasa cukup.
Agus mengatakan Bank Indonesia telah menggunakan kebijakan di moneter, sistem pembayaran, dan makroprudensial. Kebijakan tersebut membuka peluang peningkatan investment grade.
Dalam aspek konstitusi, Agus menuturkan harus ada kepastian hukum dan penegakan hukum. "Penyelesaian UU JPSK (Jaring Pengaman Sistem Keuangan) bisa jadi satu nilai tambah," ucapnya.
Begitu pula dengan penyehatan fiskal. Menurut Agus, pemerintah berencana mengubah aturan mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. "Posisi fiskal kami bisa semakin kredibel," ujarnya. Indonesia juga bisa meningkatkan rating grade ditengahi downgrade yang dialami Brasil dan Cina.
Dari aspek reformasi struktural, Agus mengatakan perlu ada pendalaman pasar keuangan dan perhatian bagi sektor riil. Ketenagakerjaan menjadi salah satu yang disoroti di sektor riil.
Menurut Agus, ketenagakerjaan tak hanya bicara mengenai cara peningkatan sumber daya manusia, tapi juga sistem rekrutmen. "Seandainya pegawai tidak punya integritas dan kualitas yang baik, harus dimungkinkan untuk dilepas," ucapnya. Tak hanya rekrutmen, penyikapan fiskal untuk bisa membuat kesempatan kerja bagi pegawai yang dilepas juga perlu disoroti.
"Berbicara tentang reformasi struktural, melakukan upaya stimulus fiskal dan inisiatif di otoritas moneter harus dilakukan dengan berkoordinasi, konsisten, dan bersinergi serta dikomunikasikan dengan baik," ujarnya.
VINDRY FLORENTIN