TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian mendorong pelaku industri otomotif nasional mulai mengembangkan mobil listrik. Pasalnya, tren kendaraan masa depan menuju konsep yang hemat energi dan ramah lingkungan. Pengembangan mobil listrik merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam upaya menurunkan emisi sebesar 29 persen di bawah business as usual pada tahun 2030.
“Masih terbuka peluang untuk pengembangan mobil listrik secara mandiri oleh industri dalam negeri karena teknologinya masih berkembang, dan belum ada pemain yang dominan di industri ini,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan dalam keterangan tertulis Rabu, 24 Februari 2016.
Hingga saat ini, populasi mobil listrik di dunia sekitar 4 juta unit dan diperkirakan pada tahun 2020 mencapai 10 juta unit. Menurut Putu, agar industri otomotif dalam negeri dapat terus berdaya saing, pengembangannya harus bersinergi dengan tuntutan pasar. “Mobil listrik ini menjadi target market untuk pengembangan industri otomotif kita ke depan. Kalau tidak diantisipasi perkembangannya, kita akan jadi pengguna saja,” ujarnya.
Baca: Rudiantara: Perusahaan Besar Enggan Buka Kantor di RI
Putu menyebutkan, teknologi kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan mengarah kepada advance diesel/petrol engine, bahan bakar alternatif (biofuel), bahan bakar gas (CNG atau LGV), kendaraan listrik, hybrid, dual fuel (gasoline-gas) dan fuelcell (hidrogen). Diperlukan sinergi dukungan berbagai instansi terkait untuk melakukan penelitian dan pengembangan serta penetapan regulasi terkait dengan perkembangan teknologi tersebut. “Untuk mobil listrik, teknologi yang perlu dikembangkan antara lain charging station, battery, dan motor listrik.”
Saat ini, Kementerian Perindustrian telah membuat langkah strategis yang disebut triplex helix, yakni kolaborasi antara pemerintah dan asosiasi industri juga akademisi. “Bila perlu kerja sama yang selama ini sudah terjalin dapat terus diperkuat dalam pelaksanaan development bersama,” ucap Putu.
Putu memastikan Kementerian Perindustrian siap memfasilitasi pembentukan engineering center. “Kita harus berbagi peran agar bisa saling mengisi. Misalnya, ada institusi yang fokus pada pengembangan battery, fokus pada pengembangan motor, atau fokus pada charging station, dan lain-lain.”
ARIEF HIDAYAT