TEMPO.CO, Jakarta - Wisatawan mancanegara asal Cina diprediksi akan mampu menyalip dan menggeser posisi kedatangan turis Australia ke Bali. Selama ini turis asal Australia selalu menempati posisi teratas. "Saya yakin masyarakat Cina akan lebih banyak datang ke Bali, sebab pemerintah memberikan vasilitas bebas visa di samping penerbangan lancar ke negeri Tirai Bambu itu," kata Pengamat Pariwisata Dewa Nyoman Putra di Denpasar, Jumat, 15 Januari 2016.
Perkiraan ini sangat masuk akal. Apalagi maskapai Garuda Indonesia memperluas pasarnya di Cina dengan menambah rute Denpasar-Shanghai. Sebelumnya Garuda hanya membuka rute Denpasar-Beijing dan Denpasar-Guangzhou.
Tiongkok memang menjadi salah satu wilayah fokus pengembangan jaringan rute internasional Garuda Indonesia. Potensi turis dari negeri itu mencapai 100 juta orang per tahun. Berdasarkan statistik, jumlah wisatawan Cina yang berkunjung ke Bali juga meningkat. Pada 2015 tercatat 687.633 orang yang berarti meningkat 17,18 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 586.300 orang.
Sementara turis Australia yang berlibur ke Pulau Dewata periode yang sama justru berkurang 2,68 persen menjadi hanya 965.330 orang. Padahal pada 2014 mencapai 991.923 orang.
Dewa Putra merasa yakin pada tahun 2016 kedatangan turis Cina akan mampu menyalip wisatawan Australia yang datang ke Bali, mengingat volume penerbangan ke Australia, benua tetangga itu semakin terbatas.
Dengan penerbangan baru Denpasar-Shanghai tersebut, Garuda Indonesia saat ini melayani penerbangan langsung dari dan menuju Shanghai sebanyak sepuluh kali per minggu dari Denpasar dan Jakarta.
Selain itu, Garuda juga melayani 26 penerbangan ke Tiongkok yaitu Beijing Guangzhou dan Shanghai melalui Denpasar dan Jakarta. Banyaknya penerbangan tersebut maka anak muda Cina akan memanfaat Bali sebagai daerah tempat berbulan madu, kata Putra.
ANTARA