TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Direktur Sawit Watch Achmad Surambo memperkirakan harga sawit kemungkinan besar masih stagnan dan sangat sulit naik. "Hal ini dipengaruhi harga minyak dan gas bumi yang tidak kunjung naik juga," katanya kepada Tempo, Sabtu, 2 Januari 2015.
Achmad menuturkan faktor lain penyebab stagnannya harga sawit adalah masih lesunya kondisi ekonomi negara-negara yang menjadi tujuan ekspor CPO atau minyak mentah kelapa sawit.
Terkait dengan rencana pemerintah lebih memfokuskan konsumsi sawit untuk pasar dalam negeri, menurut Achmad, merupakan suatu keputusan yang baik. Namun hal itu harus bisa berimbas terhadap petani kecil sawit dan buruh kebun.
Ia berujar konsumsi CPO untuk biofuel sebenarnya sudah meningkat. Namun yang menjadi pertanyaan adalah harga kelapa sawit tidak juga kunjung naik. "Apakah dugaan selama ini bahwa harga tersebut di tingkat petani belum mencerminkan harga pasar sesungguhnya."
Untuk menghadapi berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), menurut Achmad, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hal ini mengingat industri kelapa sawit Indonesia sudah lebih dulu mengalami liberalisasi. "Kemungkinan yang membanjir adalah pekerja-pekerja teknisnya," ucapnya.
Untuk itu, ia meminta pemerintah mengatur dan mengawasi pekerja di perkebunan dengan lebih baik. Hal ini dilakukan agar para pekerja lokal tidak kalah dibanding tenaga asing.
LARISSA HUDA